Liputan6.com, Jakarta - Hampir semua emiten menghadapi tantangan yang berat pada 2015, tak terkecuali emiten badan usaha milik negara (BUMN).
Hal tersebut dinilai wajar mengingat kinerja emiten diibayangi oleh perlambatan ekonomi global serta kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
Analis LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo menjelaskan, kinerja emiten tecermin dari laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebagaimana diketahui, penurunan indeks saham relatif tajam pada 2015.
"Saham BUMN mengalami koreksi karena indeks dari 5.500 akhirnya sempat menguji level 4.200-4.300," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (15/2/2016).
Baca Juga
Baca Juga
Lucky meyakini kinerja emiten BUMN akan kembali membaik pada 2016 dan berimbas pada harga sahamnya. Namun memang untuk mendorong kinerja emiten BUMN perlu dorongan dari segi regulasi yang konsisten.
"Kita ketahui bahwa saat ini emiten BUMN masuk masa akumulasi, pertumbuhan mereka akan menguat jadi persoalan cara meningkatkan kualitas tidak dalam jangka waktu singkat. Masih banyak tantangan regulasi dan kebijakan yang dinilai berubah oleh pasar. Pasar percaya ke depan emiten akan menguat," jelasnya.
Sebagai catatan, kendati tahun 2015 penuh tantangan nyatanya beberapa BUMN masih mencatatkan kinerja yang terhitung positif. Tengok saja, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang mampu mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp 1,46 triliun. Kenaikan laba sebesar 3,14 dari periode yang sama tahun 2014 sebesar Rp 1,42 triliun.
Kemudian, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 1,04 triliun atau naik 104 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 511,57 miliar.
Di sektor perbankan, ada PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang membukukan laba bersih Rp 1,85 triliun atau 62 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 1,14 trilun. (Amd/Gdn)
Advertisement