Sukses

Intip Kinerja 2 Emiten BUMN Tambang

PT Bukit Asam Tbk mencatatkan kenaikan laba naik menjadi Rp 2,03 triliun pada 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang telah merilis kinerja 2015. Di tengah harga komoditas masih melemah, kinerja emiten BUMN tambang bervariasi. Ingin tahu bagaimana kinerja dua perusahaan emiten BUMN tambang? Yuk simak ulasannya.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten tambang batu bara ini mampu mencatatkan kenaikan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk dari Rp 1,86 triliun pada 2014 menjadi Rp 2,03 triliun pada 2015. Penjualan naik tipis 5,01 persen menjadi Rp 13,73 triliun.

Berdasarkan keterangan diterbitkan, seperti ditulis Kamis (3/3/2016), perseroan melakukan optimalisasi penambangan dan efisiensi sehingga dapat menekan biaya produksi menjadi Rp 356.866 per ton atau turun 10 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 394.784 per ton.

Dengan melihat kondisi itu, laba kotor naik menjadi Rp 4,13 triliun pada 2015 dari periode 2014 sebesar Rp 3,92 triliun. Laba usaha naik 17,8 persen menjadi Rp 2,41 triliun pada 2015.

Laba per saham perseroan pada 2015 naik menjadi Rp 941 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 856. Total liabilitas naik 20,06 persen menjadi Rp 7,6 triliun pada 31 Desember 2015. Ekuitas juga naik menjadi Rp 9,28 triliun.

Aset perseroan naik 13,68 persen menjadi Rp 16,89 triliun pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,86 triliun. Sedangkan kas turun 22,87 persen menjadi Rp 3,12 triliun pada 31 Desember 2015. Kas perseroan turun lantaran proyek pengembangan dan buyback saham yang didanai kas internal perseroan.

Selain itu, produksi batu bara perseroan naik 118 persen menjadi 19,28 juta ton pada 2015 dari periode sama tahun lalu 16,36 juta ton. Untuk volume penjualan mencapai 19,10 juta ton pada 2015 dari periode 2014 di kisaran 17,95 juta ton.

"Volume penjualan domestik naik delapan persen menjadi sebesar 10,05 juta ton dan ekspor naik lima persen menjadi 9,05 juta ton. Ini menjadikan komposisi penjualan batu bara domestik menjadi 53 persen pada 2015 dan 47 persen untuk ekspor," ujar Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk, Joko Pramono.

Joko menambahkan, di tengah penurunan indeks harga batu bara global dan permintaa, perseroan mampu mengendalikan harga jual rata-rata tertimbang pada 2015 menjadi sebesar Rp 707.052 per ton.

2 dari 2 halaman

Penjualan Emas Topang Kinerja Antam

Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan kinerja kurang baik pada 2015. Perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan naik menjadi Rp 1,44 triliun pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 743,52 miliar.

Meski rugi meningkat, pendapatan perseroan naik 11,7 persen menjadi Rp 10,53 triliun pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,42 triliun.

Laba kotor pun menyusut menjadi Rp 195,14 miliar pada 2015 dari periode 2014 di kisaran Rp 793,36 miliar. Perseroan pun mencatatkan rugi usaha naik signifikan menjadi Rp 701,43 miliar pada 2015.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan mencatatkan kenaikan penjualan ditopang dari penjualan komoditas emas dan feronikel. Emas menjadi kontributor terbesar perseroan, menyumbang Rp 7,31 triliun atau 70 persen dari total penjualan.

Sedangkan feronikel merupakan kontributor terbesar kedua dengan menyumbang Rp 2,72 triliun atau 26 persen dari total penjualan.

"Di tengah volatilitas industri pertambangan global, kinerja operasi perseroan tetap on track yang terefleksikan dari peningkatan volume penjualan emas yang signifikan. Ini didukung dari upaya efisiensi yang berkelanjutan sehingga membuat perseroan dapat membukukan laba kotor pada 2015. Perseroan juga membukukan kenaikan nilai tanah melalui aset revaluasi senilai Rp 2,33 triliun, dan berkomitmen terus meningkatkan kinerja perusahaan di tengah tantangan yang ada sekarang," kata Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk, Tedy Badrujaman.

Penjualan emas naik 42 persen menjadi 14.179 kilogram (Kg) pada 2015. Perseroan membelanjakan untuk keperluan investasi terdiri dari Rp 226,43 miliar untuk investasi rutin, investasi pengembangan Rp 1,75 triliun dan Rp 42,33 miliar untuk biaya ditangguhkan. (Ahm/Igw)

Video Terkini