Sukses

Dua Faktor Ini Bebani Kinerja Astra International

PT Astra International Tbk mencatatkan laba bersih turun 25 persen menjadi Rp 14,46 triliun pada 2015.

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan laba bersih turun 25 persen pada 2015. Perseroan membukukan laba bersih turun menjadi Rp 14,46 triliun pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 19,19 triliun.

Laba bersih turun itu didorong pendapatan merosot 9 persen menjadi Rp 184,19 triliun pada 2015. Dengan melihat kinerja itu, laba bersih per saham turun 25 persen menjadi Rp 357 pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 474.

Total ekuitas tercatat naik menjadi Rp 126,53 triliun pada 2015 dari periode2014 sebesar Rp 120,18 triliun. Total liabilitas naik menjadi Rp 118,90 triliun. Perseroan mengantongi kas Rp 27,10 triliun.

Perseroan menghadapi tantangan terutama harga komoditas melemah pada 2015. Ditambah penurunan konsumsi domestik. Selain itu, perseroan juga menghadapi kompetisi yang meningkat di sektor sektor penjualan mobil.

 

Kinerja tersebut juga dipicu merosotnya kualitas kredit korporasi yang mengakibatkan penurunan kontribusi di semua segmen kecuali teknologi informasi.

Kontribusi Sektor Perkebunan Susut 75%

Dari lini bisnis usaha perseroan, sektor perkebunan alami penurunan terbesar untuk kontribusi laba bersih yang diatribusikan kepada PT Astra International Tbk.

Sektor perkebunan mencapatkan laba bersih turun 75 persen menjadi Rp 493 miliar pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,99 triliun. Harga rata-rata minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) turun 16 persen menjadi Rp 6.971 per kilogram dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan penjualan CPO menurun 24 persen menjadi 1 juta ton.

Ada pun kontribusi sektor teknologi informasi naik 2 persen menjadi Rp 204 miliar pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 200 miliar.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto menuturkan grup Astra mengalami tantangan bisnis sepanjang 2015 dengan laba bersih sebelum penurunan nilai properti pertambangan batu bara menurun 20 persen menjadi Rp 16 triliun.

"Kami masih bersikap hati-hati terhadap prospek bisnis mendatang. Namun dengan didukung kemampuan perseroan menghasilkan kas yang baik serta neraca perdagangan yang kuat, perseroan terus berinvestasi bagi masa depan dan siap memanfaatkan peluang dari setiap perbaikan kondisi ekonomi," ujar Prijono dalam siaran pers yang ditulis, Senin (7/3/2016).

Perseroan juga mengusulkan dividen final Rp 113 per saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang akan dilaksanakan pada April 2016.

Dividen final yang diusulkan bersama dengan dividen interim sebesar Rp 64 per saham (tahun 2014: Rp 64 per saham) akan membuat total dividen menjadi Rp 177 per saham (tahun 2014 sebesar Rp 216 per saham) yang mewakili rasio pembagian dividen sebesar 50 persen (tahun 2014 sebesar 46 persen).

(Ahm/Igw)


Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar Mulai Pukul 06.00 - 09.00 WIB. Klik di sini

Â