Liputan6.com, New York - Wall Street kembali melemah pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Pelemahan Wall Street didorong oleh penurunan saham-saham di sektor energi. Investor masih berhati-hati melakukan transaksi setelah adanya serangan bom mematikan di Belgia.
Mengutip Reuters, Kamis (24/3/2016), Dow Jones Industrial Averange (DJIA) melemah 79,98 poin atau 0,45 persen ke level 17.502,59. S&P 500 turun 13,09 poin atau 0,64 persen ke level 2.036,71. Sedangkan Indeks Nasdaq tertekan 52,80 poin atau 1,09 persen ke angka 4.768,86.
Penurunan indeks acuan saham di Amerika Serikat (AS) ini karena tertekan penurunan saham-saham di sektor energi. Harga minyak memang mengalami penurunan setelah otoritas energi di AS mengumumkan bahwa stok minyak di negara tersebut menunjukkan kenaikan.
Baca Juga
Kenaikan stok tersebut kembali mengingatkan pelaku pasar bahwa pasokan minyak di dunia masih cukup tinggi sedangkan permintaan belum terlalu besar.
Dalam indeks S&P 500, terdapat 8 sektor dari seluruhnya 10 sektor yang mengalami pelemahan dengan penurunan tertinggi dari sektor energi. Penurunan sektor energi mencapai 2,1 persen yang tertekan karena pelemahan saham Chevron dan ConocoPhillips.
Analis First Standard Financial in New York, AS, Peter Cardillo, menjelaskan bahwa penyebab awal penurunan Wall Street sebenarnya karena pernyataan dari salah satu pejabat Bank Sentral AS bahwa The Fed belum bisa memastikan berapa kali kenaikan suku bunga akan dilakukan pada tahun ini.
Hal tersebut membuat harapan bahwa pertumbuhan ekonomi di AS telah pulih menjadi pudar dan menekan harga komoditas terutama minyak mentah. "Semua tentang komoditas saat ini," jelasnya.
Pelaku pasar semula mengharapkan adanya pertumbuhan yang pasti meskipun masih agak lambat di AS. Namun dengan adanya pengaruh dari global yang juga masih belum pulih membuat pelaku pasar semakin berhati-hati dalam bertransaksi. (Gdn/Nrm)
Advertisement