Sukses

Investor Berhati-hati, Bursa Asia Naik Tipis

IMF memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh 3,4 persen tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di kawasan Asia Pasifik (bursa Asia) naik tipis pada pembukaan di awal Rabu pekan ini. Gerak bursa Asia ini berlawanan arah dengan Wall Street.

Mengutip Reuters, Rabu (6/4/2016), Indeks MSCI Asia Pasifik di luar jelang menguat 0,1 persen di awal perdagangan. Sebelumnya, indeks acuan di kawasan Asia Pasifik tersebut turun 1,6 persen, Penurunan tersebut dalam 2 bulan terakhir.

Sedangkan di Amerika Serikat (AS) Dow Jones Industrial Averange (DJIA) turun 134 poin atau 0,8 persen ke 17.603. Indeks S&P 500 turun 1 persen ke 2.045 dan merupakan penurunan terbesar harian dalam empat pekan terakhir. Sedangkan Nasdaq juga melemah 1 persen ke ke 4.843.

Bursa memang sedang tertekan karena perekonomian global belum memperlihatkan tanda-tanda pemulihan. Di AS yang semula diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi juga belum bisa diandalkan.

Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen pada pekan kemarin menyatakan bahwa mereka akan sangat berhati-hati dalam menjalankan kebijakan pengetatan moneter.

Selain itu, kemarin Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde menjelaskan bahwa pada dasarnya ekonomi global telah pulih. Namun pertumbuhan tersebut masih rapuh dan lemah. Selain itu, risiko yang ada juga masih ada.

"Komentar dari IMF tersebut membuat pelaku pasar memperkirakan bahwa IMF akan menurunkan target ekonomi dunia pada pekan depan," jelas analis Sumitomo Mitsui Asset Management Masahiro Ichikawa.

Sebelumnya, IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Langkah ini dipicu beberapa faktor seperti anjloknya harga komoditas, Brazil yang terpaksa masuk ke dalam resesi karena kebuntuan politik, turunnya harga minyak dunia dan kenaikan kurs mata uang dolar.

IMF memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh 3,4 persen tahun ini. Angka itu turun dari proyeksi sebelumnya 3,6 persen yang dinyatakan pada Oktober 2015. Lembaga ini juga memangkas proyeksi untuk 2017 menjadi 3,6 persen dari ramalan 3,8 persen. (Gdn/Nrm)