Sukses

Kenaikan Peringkat RI Berdampak Positif Buat Pasar Obligasi

Pada 2015 merupakan pertama kalinya sejak 2010 anggaran belanja modal pemerintah lebih tinggi dibandingkan anggaran subsidi.

Liputan6.com, Jakarta - Peluang Indonesia untuk meraih peningkatan peringkat dari Standard & Poor's (S&P) masih terbuka lebar. Perbaikan belanja pemerintah dan perbaikan birokrasi menjadi dasar utama lembaga pemeringkat internasional tersebut untuk meningkatkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi (investment grade).

Head of Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula menjelaskan, setahun lalu S&P menaikkan outlook Indonesia dari stabil menjadi positif. "Jadi pada Mei ini peringkat Indonesia tersebut akan dikaji ulang," jelasnya, Jumat (13/5/2016).

Ezra cukup yakin bahwa peringkat Indonesia bakal meningkat dari positif menjadi layak investasi. Alasannya, terdapat beberapa indikator yang bisa mendorong peningkatan peringkat tersebut.

Pertama adalah realisasi dari rencana pemerintah untuk meningkatkan alokasi belanja pemerintah terhadap sektor produktif. Kedua adalah perbaikan birokrasi yang mempengaruhi minat investasi asing di Indonesia.

"Kami melihat berbagai kebijakan pemerintah telah mengakomodasi hal itu, menunjukkan komitmen atas reformasi struktural mengenai belanja pemerintah dan kemudahan investasi di Indonesia,"katanya.

Pada 2015 merupakan pertama kalinya sejak 2010 anggaran belanja modal pemerintah lebih tinggi dibandingkan anggaran subsidi dan tren ini berlanjut dalam APBN 2016.

Pemerintah telah menghapus subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Premium dan khusus untuk Solar subsidi di patok hanya Rp 1.000 per liter. Selain itu, secara bertahap pemerintah juga telah mengurangi subsidi listrik.

Pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai paket ekonomi sejak pertengahan tahun lalu hingga dua pekan lalu. Sejauh ini terdapat 12 paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. 

Tujuan dari adanya paket kebijakan tersebut adalah untuk memperbaiki iklim usaha, melalui pemangkasan jumlah izin, memangkas jumlah hari dalam proses perizinan, dan memberikan fasilitas atau insentif untuk investasi.

Ezra melanjutkan, jika peringkat Indonesia naik menjadi layak investasi maka akan memberikan dampak positif kepada pasar obligasi. Dampak yang tercipta dari kenaikan peringkat tersebut adalah adanya persepsi positif dan berkurangnya risiko investasi di Indonesia.

Predikat investment grade akan mengerek persepsi positif Indonesia di mata investor asing. hal ini akan mendorong peningkatan arus modal, uang, dan investasi ke Indonesia, termasuk ke pasar obligasi dari investor yang sebelumnya tidak dapat berinvestasi karena persyaratan peringkat Indonesia belum dalam koridor mereka.

Selain itu, peningkatan peringkat menurunkan risk premium Indonesia sehingga dapat menurunkan imbal hasil SBN. Penurunan imbal hasil SBN selanjutnya akan berdampak positif pada pengelolaan keuangan negara karena bunga yang harus dibayar untuk pembiayaan pembangunan juga mengecil. (Gdn/Ndw)