Sukses

Saham Apple Picu Wall Street Reli

Penguatan sektor saham teknologi dan harga minyak memberi tenaga ke Wall Street pada awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS)/wall street menguat pada awal pekan ini didorong sektor saham teknologi dan harga minyak.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (Selasa pagi WIB), indeks saham Dow Jones menguat 175,39 poin atau 1 persen ke level 17.710,71. Penguatan indeks saham acuan ini didukung saham Apple Inc menguat 0,03 persen setelah Warren Buffet's Berkshire Hathaway Inc membeli 9,8 juta saham pada kuartal I 2016.

Indeks saham S&P 500 naik 20,04 poin atau 1 persen ke level 2.066,53. 10 sektor saham mendukung penguatan indeks saham S&P 500.

Sektor saham energi dan teknologi memimpin penguatan masing-masing 1,6 persen dan 1,4 persen. Sementara itu, indeks saham Nasdaq menguat 57,78 poin atau 1,2 persen ke level 4.775,46.

"Penguatan indeks saham di awal pekan ini kombinasi dari harga minyak reli dan pelaku pasar bereaksi terhadap laporan penjualan ritel," ujar Mark Kepner, Direktur Themis Trading seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (17/5/2016).

Ia menambahkan, penguatan indeks saham acuan ini hanya bersifat teknikal setelah tiga minggu melemah. Untuk penguatan indeks saham acuan lebih stabil membutuhkan reli di saham bank.

Hal senada dikatakan Analis Senior Voya Financial Karyn Cavanaugh. Ia mengatakan, penguatan indeks saham acuan dalam sehari tidak membuat dirinya terkesan. "Harga minyak naik itu bagus, tetapi itu belum cukup mendukung pasar sahan hingga kinerja keuangan perusahaan kembali ke jalur benar," ujar dia.

Ia mengatakan, kinerja keuangan perusahaan turun tujuh persen pada kuartal I 2016, menunjukkan tidak ada kesempatan yang akan terjadi hingga laporan keuangan kuartal II pada Juli.

Pada awal pekan ini, harga minyak menguat setelah Goldman Sachs menyatakan kalau pasokan minyak yang banjir akan defisit, dan menaikkan prediksi harga minyak pada tahun ini. Harga minyak jenis acuan Amerika Serikat (AS) naik 3,3 persen menjadi US$ 47,22 per barel. (Ahm/Ndw)