Liputan6.com, New York - Bursa Asia melemah pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Sentimen yang menekan Bursa Asia adalah data inflasi Amerika Serikat (AS) yang membaik dan juga komentar dari pejabat Bank Sentral AS (the Fed) yang mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga.
Mengutip Reuters, Rabu (18/5/2016), Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,5 persen di awal perdagangan. Indeks Nikkei Jepang juga melemah 0,5 persen. Pelemahan bursa Asia ini menyusul tekanan yang juga terjadi di Wall Street. Sentimen yang mempengaruhinya juga sama.
Baca Juga
Pada penutupan perdagangan Selasa kemarin (Rabu pagi waktu Jakarta), Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) melemah 180,73 poin atau 1,02 persen ke level 17.529,98. Indeks S&P 500 juga turun 19,45 poin atau 0,94 persen ke level 2.047,21. Sedangkan Indeks Nasdaq melemah 59,72 poin atau 1,25 persen ke angka 4.715,73.
Harga konsumen AS pada April 2016 kemarin mencatatkan kenaikan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Pendorong kenaikan harga konsumen AS tersebut adalah kenaikan harga bensin dan juga sewa properti.
Dengan adanya data tersebut menunjukkan bahwa angka inflasi di AS sudah sejalan dengan target yang ditentukan oleh the Fed. Bank Sentral AS memang menargetkan inflasi terus naik sehingga bisa menjadi dasar keputusan untuk menaikkan suku bunga di tahun ini.
Gubernur Bank Sentral Atlanta Dennis Lockhart mengatakan dengan realisasi angka-angka ekonomi tersebut besar kemungkinan the Fed akan menaikkan suku bunga pada Juni atau Juli.
"Sejak data tenaga kerja yang baik pada pekan lalu, the Fed memberikan sinyal bahwa kemungkinan besar penyesuaian akan dilakukan Juni nanti," jelas Analis Pasar Uang Nomura Securities, Tomoaki Shishido.
Ia melanjutkan, dengan adanya rencana kenaikan suku bunga tersebut membuat pelaku pasar baik di Wall Street maupun di bursa Asia menata kembali portofolio mereka sehingga memberikan tekanan.