Sukses

Saham Energi Dorong Penguatan Indeks S&P 500

Indeks S&P 500 naik 0,13 persen atau 2,72 poin menuju 2.112,13.

Liputan6.com, New York - Indeks S&P 500 berakhir pada level terbaik sejak Juli pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong penguatan indeks S&P 500 adalah saham-saham di sektor energi dan kepercayaan dari para pelaku pasar bahwa kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tidak akan mengganggu target pertumbuhan ekonomi.

Mengutip Reuters, Rabu (8/6/2016), Indeks S&P 500 naik 0,13 persen atau 2,72 poin menuju 2.112,13. Sedangkan Dow Jones Industrial Averange (DJIA) juga menguat 17,95 poin atau 0,10 persen ke angka 17.938,28.

Berbeda dengan dua indeks patokan lainnya,Nasdaq Composite justru melemah 6,96 poin atau 0,14 persen ke angka 4.961,75. Pendorong pelemahan indeks Nasdaq karena penurunan saham-saham Biotech terutama BiogenInc. Indeks Nasdaq Biotech turun 2,5 persen dan merupakan penurunan harian terbesar sejak 11 Mei.

Sedangkan untuk Indeks S&P 500, pendorong terbesar penguatan adalah saham-saham di sektor energi. Lonjakan saham sektor energi terjadi karena harga minyak terus melonjak. Saham Exxon mobil naik 1,5 persen menjadi US$ 90,71 per saham.

Kenaikan yang terjadi pada pekan ini mendorong Indeks S&P 500 mendekati rekor tertinggi yang pernah dicapai pada Mei 2015 lalu. Komentar dari Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen juga mampu mendorong penguatan indeks dan meredam gejolak pasar.

Dalam pernyataan Yellen, kenaikan suku bunga tidak perlu ditakuti oleh pelaku pasar karena tak berdampak kepada pertumbuhan ekonomi. Bank Sentral AS tidak akan gegabah menaikkan suku bunga jika memang kenaikan tersebut akan berpengaruh kepada ekonomi.

"Cerita besarnya sekarang apakah dengan beberapa sentimen positif ini kita akan bisa kembali menembus level tertinggi," kata Kepala Investasi Northstar Wealth Partners, West Hartford, Connecticut, AS, Michael Sheldon.

Ia melanjutkan, jika memang itu terjadi dalam waktu dekat ini akan terjadi fenomena dimana para pelaku pasar yang semula hanya menonton di pinggir lapangan akan ikut bermain dengan menambah aliran dana di pasar modal. Hal tersebut karena para pelaku pasar takut kehilangan momentum keuntungan.