Sukses

Dow Jones Cetak Penguatan 8 Hari Berturut-turut

S&P 500 dan Nasdaq tertekan karena kinerja dari Netflix cukup mengecewakan.

Liputan6.com, New York - Setelah mencetak rekor tertinggi pada awal pekan ini, Indeks S&P 500 akhirnya harus kalah dan berada di zona merah. Berbeda, Dow Jones Industrial Averange (DJIA) masih terus mampu bertahan di zona hijau dan membukukan penguatan selama delapan hari berturut-turut.

Mengutip Reuters, Rabu (20/7/2016), DJIA menguat 25,96 poin atau 0,14 persen ke angka 18.559,01. Indeks S&P 500 melemah 3,11 poin atau 0,14 persen ke angka 2.163,78. Sedangkan Indeks Nasdaq melemah 19,41 poin atau 0,38 persen ke angka 5.036,38.

Dow Jones mampu terus-menerus bergerak positif karena para investor melihat bahwa kinerja dari para emiten di semester pertama ini cukup baik di tengah ekspektasi pelemahan pertumbuhan ekonomi global. Salah emiten yang mampu mendorong penguatan Dow Jones adalah Johnson & Johnson.

Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq tertekan karena kinerja dari Netflix cukup mengecewakan. Saham perusahaan ini turun 13,1 persen. Delapan dari 10 sektor pembentuk indeks berada di zona merah.

The International Monetary Fund atau dana moneter internasional yang memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk dua tahun ke depan juga menjadi beban bagi S&P 500 dan Nasdaq.

Dalam beberapa hari sebelumnya, tiga indeks acuan di bursa Amerika Serikat (AS) ini telah membukukan rekor tertinggi. S&P 500 mencetak rekor tertinggi pada Senin lalu. Pendorong penguatan bursa AS adalah harapan adanya perbaikan laporan keuangan dari para emiten setelah selama beberapa kuartal sebelumnya terus mengalami tertekan.

Namun para investor saat ini kembali melihat apakah kinerja dari para emiten yang membaik tersebut bisa terus menjadi alasan yang cukup kuat untuk mempertahankan investasi di sektor pasar modal.

"Ada banyak ketidakpastian di luar sana yang bisa sangat mengganggu pasar modal. Hal tersebut membuat beberapa orang mengambil dana mereka dari pasar modal," jelas Presiden Chase Investment Counsel, Charlottesville, Virginia, AS, Peter Tuz. (Gdn/Ndw)