Sukses

Laba Astra International Anjlok 12 Persen, Ini Penyebabnya

PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba sebesar Rp 7,11 triliun pada semester I 2016.

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba sebesar Rp 7,11 triliun pada semester I 2016. Angka tersebut turun 12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 8,05 triliun. Sedangkan untuk laba per saham turun dari Rp 199 menjadi Rp 176.

Penurunan laba tersebut karena pendapatan bersih perseroan juga turun. Pendapatan bersih Astra International turun dari Rp 92,50 triliun semester I 2015 menjadi Rp 88,20 triliun. Penurunan kinerja ASII salah satunya disumbang oleh menurunnya kinerja sektor jasa keuangan.

Direktur Independen Astra International Gunawan Geniusahardja mengatakan, laba jasa keuangan mengalami penurun 40 persen dari sebelumnya Rp 2,08 triliun semester I 2015 menjadi Rp 1,25 triliun semester I 2016.

Namun memang tak semua sektor jasa keuangan mengalami penurunan. PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih 22 persen menjadi Rp 811 miliar. Kemudian, PT Toyota ‎Astra Financial Services mencatat kenaikan laba 8 persen menjadi Rp 155 miliar.

Kepemilikan Astra International di Permata Bank yang tercatat 44,6 persen. Bank tersebut mengalami penurunan laba yang signifikan. Semester I 2015 perseroan mencatatkan laba Rp 837 miliar kemudian susut menjadi rugi bersih Rp 836 miliar semester I 2016.

"Yang jadi masalah data di bank, kita punya Bank Permata saham 44,6 persen memang kalau kita lihat perbankan NPL adalah laba sebelum provisi bagus, tapi kalau dengan perlambatan ekonomi 2015, komoditi NPL secara industri naik, tidak terhindar dari NPL 2,7 persen menjadi 4,6 persen," jelas dia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/8/2016).

Dia ‎menerangkan, dari 3 sektor pembiayaan kredit, sektor korporasi mengalami penurunan yang drastis. Pasalnya, korporasi tergantung dengan kondisi makro ekonomi. "Portofolio ada 3. Konsumer tidak ada masalah, mortgage bagus. Kalau bedah lagi ada korporasi yang tergantung makro ekonomi," jelas dia.

Selain jasa keuangan, alat pertambangan mencatatkan penurunan laba yang signifikan, di mana labanya turun dari Rp 2,04 triliun menjadi Rp 1,21‎triliun. Laba sektor sektor teknologi informasi turun 3 persen menjadi Rp 73 miliar.

Sementara, beberapa sektor tetap mencatatkan kinerja positif. Sektor otomotif naik 13 persen dari Rp 3,42 triliun menjadi Rp 3,86 trilun. Laba agribisnis naik 78 persen dari Rp 354 miliar menjadi Rp 631 miliar. Kemudian, laba infrastruktur, logistik dan lainnya naik 156 persen menjadi Rp 174 miliar. (Amd/Gdn)