Sukses

Sektor Perkebunan Dorong Penguatan IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak di zona hijau pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak di zona hijau pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Penguatan IHSG terdorong oleh aksi beli investor ke saham-saham lapis kedua. 

Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (4/8/2016), IHSG naik 21,98 poin atau 0,41 persen ke level 5.373,86. Indeks saham LQ45 merosot 0,44 persen ke level 924,78. Seluruh indeks saham acuan menguat.

Ada sebanyak 178 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 136 saham melemah dan 97 saham lainnya diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 305.942 kali dengan volume perdagangan 7,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 9,1 triliun.

Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.389,60 dan terendah 5.357,61. Investor asing pun melakukan aksi beli sekitar Rp 500 miliar di pasar reguler.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri melemah 2,09 persen dan sektor saham manufaktur melemah 0,19 persen.

Sektor saham perkebunan naik 1,82 persen, dan mencatatkan kenaikan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi naik 1,09 persen, dan sektor saham perdagangan melonjak 0,87 persen.

Saham-saham yang alami penguatan terbesar antara lain saham OASA naik 34 persen ke level harga Rp 268 per saham, saham BAJA menanjak 26 persen ke level harga Rp 184 per saham, dan saham MYOH mendaki 25 persen ke level Rp 595 per saham.

Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham ASRM turun 10 persen ke level Rp 2.700 per saham, saham TFCO susut 9,94 persen ke level Rp 770 per saham, dan saham AKKU merosot 9,92 persen ke level Rp 236 per saham.

Head Research Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menjelaskan, investor asing kembali memburu saham sehingga mendorong kenaikan IHSG. "Saham yang diburu saham lapis kedua," jelasnya.

Namun memang, aksi beli ini tertahan karena pelaku pasar tidak total dalam bertransaksi. Beberapa lebih memilih untuk menunggu pengumuman data ekonomi yang akan keluar Jumat. (Gdn/Ndw)