Sukses

Berlawanan dengan Wall Street, Bursa Asia Bergerak Melemah

Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,1 persen pada pukul 09.17 waktu Tokyo Jepang dan Indeks Topix Jepang juga melemah 0,6 persen.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Bursa Jepang mengalami penurunan yang cukup dalam karena penguatan nilai tukar yen. Pergerakan bursa Asia ini berlawanan dengan Wall Street dan bursa Eropa.

Mengutip Bloomberg, (Rabu (10/8/2016), Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,1 persen pada pukul 09.17 waktu Tokyo Jepang. Indeks Topix Jepang juga melemah 0,6 persen dan Indeks ASX 200 Australia turun 0,3 persen.

Sementara untuk indeks NZX 50 Selandia Baru melemah 0,2 persen. Indeks Kospi Korea Selatan bergerak di dua zona antara penguatan menguat dan melemah.

Di bursa Amerika Serikat (AS) pada penutupan semalam, Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 3,76 poin atau 0,02 persen ke angka 18.533,05. Indeks S&P 500 juga menguat tipis 0,85 poin atau 0,04 persen ke angka 2.181,74.

Bursa Jepang menjadi pendorong utama pelemahan bursa Asia karena penguatan nilai tukar yen Jepang. "Penguatan yen ini membuat investor sulit untuk bergerak," jelas Analis KGI Fraser Securities, Singapura, Nicholas Teo.

Selama ini Jepang berusaha keras untuk melemahkan mata uang yen untuk mendorong ekspor.  Dengan yen yang melemah maka harga-harga barang produk dari Jepang akan lebih murah jika dibanding dengan produk dari negara lain. Dengan produk Jepang menjadi pilihan maka akan mendorong pertumbuhan ekspor.

Pertumbuhan ekonomi Jepang memang sedang tertekan dalam beberapa tahun terakhir. Oleh sebab itu, otoritas Jepang berusaha untuk mendorong ekspor sehingga bisa memicu pertumbuhan ekonomi.

Sentimen lain yang mempengaruhi pergerakan bursa Asia pada hari ini adalah pergerakan saham di Amerika dan Eropa. "Pasar saham Eropa mampu ditutup baik. Namun penurunan harga komoditas dan produktivitas AS lebih rendah diperkirakan akan mengurangi antusiasme investor pada perdagangan hari ini," jelas Michael McCarthy, analis CMC Markets. (Gdn/Ahm)

Video Terkini