Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia melemah pada perdagangan awal pekan ini seiring data ekonomi Jepang mengecewakan. Ditambah katalis dari Amerika Serikat (AS) menahan permintaan untuk aset berisiko seperti saham.
Pada perdagangan saham Senin (15/8/2016),indeks saham MSCI Asia Pasifik turun 0,4 persen pada pukul 09.26 waktu Tokyo. Pelemahan indeks saham acuan itu dipimpin oleh sektor saham pertambangan yang merosot 4 persen.
Indeks saham Australia/ASX 200 merosot 0,2 persen. Indeks saham Selandia Baru melemah 0,1 persen dari rekor tertingginya. Sedangkan indeks saham Jepang Topix tergelincir 0,2 persen.
Data ekonomi Jepang mempengaruhi laju bursa Asia. Jepang mencatatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 0,2 persen pada kuartal II, dan angka ini di bawah harapan ekonom sekitar 0,7 persen.
Pemerintah Jepang pun telah berjuang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menerapkan suku bunga negatif. Selain itu, bank sentral juga menjalankan program pembelian aset yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan pemerintah juga memperkuat stimulus fiskal.
Advertisement
Baca Juga
Data ekonomi Amerika Serikat (AS) juga mengecewakan. Data penjualan ritel stagnan dan penurunan tak terduga untuk harga grosir. Sentimen itu membuat harapan kalau bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menahan suku bunga.
Pimpinan the Fed St Louis James Bullard menuturkan kalau ia menjadi lebih dovish (tak agresif) soal suku bunga dalam enam bulan terakhir.
"Ekonomi AS mungkin telah kehilangan momentum. Namun angka lemah berarti pengetatan menjadi hilang," ujar Shoji Hirakawa, Chief Global Strategist Tokai Tokyo Research Center seperti dikutip dari laman Reuters.
Sementara itu, Vice President Oversea-Chinese Banking Corp Vasu Menon menuturkan kalau kemungkinan indeks saham berfluktuaktif. Namun indeks saham di bursa Asia kecuali Jepang relatif masih murah.
"Situasi masih akan lebih baik ke depan usai ada kestabilan di China dan kejelasan soal kebijakan the Fed," kata Menon.
Sedangkan di pasar uang, yen sedikit berubah ke level 101,31 per dolar Amerika Serikat usai naik 0,7 persen pada Jumat pekan lalu. Sedangkan indeks dolar AS cenderung stabil.
Data ekonomi lainnya yang keluar pada awal pekan ini antara lain hasil produksi Jepang, penjualan ritel Singapura, pertumbuhan ekonomi Thailand. Selain itu neraca perdagangan Indonesia.(Ahm/Gdn)