Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) alami tekanan menjelang akhir pekan ini usai komentar dari pejabat bank sentral AS atau the Federal Reserve soal suku bunga.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 394,46 poin atau 2,13 persen ke level 18.085,45. Indeks saham S&P 500 turun 53,49 poin atau 2,45 persen ke level 2.127,81. Indeks saham Nasdaq tergelincir 133,58 poin atau 254 persen ke level 5.125,91.
Penurunan indeks saham Dow Jones didorong 30 saham unggulan. Saham Verizon Communication Inc memimpin penurunan terbesar yaitu 3,3 persen. Kemudian saham Boeing Co merosot 0,02 persen, dan saham Caterpillar susut 3,29 persen.
Indeks saham S&P 500 juga merosot ke level terendah intraday yang didorong 10 sektor saham. Sektor saham defensif yaitu telekomunikasi dan utilitas masing-masing merosot lebih dari 3 persen.
Sektor saham energi tergelincir 2,8 persen yang didorong penurunan harga minyak. Harga minyak merosot 3,7 persen ke level US$ 45,88 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Penurunan indeks saham acuan ini terburuk sejak 24 Juni. Lantaran aksi jual yang terjadi pada Jumat waktu setempat membuat indeks saham Dow Jones turun 2,2 persen secara mingguan. Kemudian indeks saham S&P 500 merosot 2,4 persen dan indeks saham Nasdaq tergelincir 2,4 persen.
Komentar pejabat bank sentral AS menjadi katalis negatif bagi bursa saham AS. Pernyataan pimpinan bank sentral AS Boston Eric Rosengren menuturkan, kalau bank sentral AS dapat melanjutkan kenaikan suku bunga AS secara bertahap seiring risiko ekonomi yang dihadapi juga seimbang. Ini pun kembali menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar.
Hal itu juga membuat indeks dolar AS naik 0,38 persen. Sedangkan imbal hasil surat utang AS melonjak 4,91 persen.
Katalis itu menambah kecemasan investor. Ini terlihat dari indeks CBOE yang mengukur kecemasan investor naik 39 persen. Indeks VIX tersebut alami kenaikan terbesar sejak 24 Juni.
Bursa saham AS melemah ini juga diikuti penurunan di bursa saham Eropa dan Asia. Apalagi investor juga resah dengan Korea Utara yang berhasil melakukan uji coba nuklir kelima.
"Ketika pasar sudah menghadapi berita buruk ini maka mendorong aksi jual," ujar Thomas Siomades, Head of Hartford Funds Investment Consulting Group seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (10/9/2016).
Meski demikian, sejumlahh analis menilai kalau kenaikan suku bunga pada September dapat disambut positif oleh pasar. "Jika Fed melakukannya untuk alasan tepat, maka ekonomi akan lebih kokoh, dan pasar menyambut kenaikan suku bunga," tutur Analis Themis Trading Joe Saluzzi.
Adapun bank sentral AS akan melakukan pertemuan pada 20-21 September 2016. Sebelumnya pertemuan bank sentral Eropa mempertahankan suku bunga dan memilih mempertahankan kebijakan pelonggaran kuantatif. Hal ini juga yang mengecewakan pasar.
"Dengan kelambanan bank sentral Eropa memicu kekhawatiran bank sentral telah kehilangan kepercayaan untuk manfaat pelonggaran moneter lebih lanjut. Wall Street pun rentan tertekan," ujar Analis FXTM Research Lukman Otunuga. (Ahm/Ndww)