Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah berada di zona merah pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Aksi jual investor asing turut menambah tekanan ke IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (14/9/2016), IHSG melemah 69,52 poin atau 1,33 persen ke level 5.146,03. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,58 persen ke level 881,37. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Sebanyak 230 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 78 saham menguat dan 76 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.189,35 dan terendah 5.128,16. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 259.716 kali dengan volume perdagangan 6,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 6,6 triliun.
Secara sektoral, 10 sektor saham tertekan. Sektor saham aneka industri melemah 2,48 persen, dan membukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham barang konsumsi tergelincir 1,92 persen dan sektor saham manufaktur susut 1,85 persen.
Baca Juga
Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 921 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.202.
Saham-saham yang menguat antara lain saham GEMS naik 25 persen ke level Rp 1.925 per saham, saham BIRS menanjak 18,22 persen ke level Rp 3.180 per saham, dan saham CASS mendaki 8,14 persen ke level Rp 930 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham ASBI melemah 10 persen ke level Rp 432 per saham, saham ADMG turun 9,52 persen ke level Rp 152 per saham dan saham SMMT tergelincir 9,43 persen ke level Rp 96 per saham.
Bursa Asia pun kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng tergelincir 0,11 persen ke level 23.190. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,69 persen ke level 16.614,24, indeks saham Shanghai merosot 0,68 persen ke level 3.002,85, indeks saham Singapura susut 0,27 persen ke level 2.810,69, dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,43 persen ke level 8.902,30.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo menuturkan IHSG tertekan didorong dari bursa global. Pelaku pasar khawatir terhadap rencana the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan suku bunga. Selain itu, investor asing juga melakukan aksi jual sehingga menekan laju IHSG.
"Pasar merespons negatif bursa global dan the Federal Reserve," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/Ndw)
Advertisement