Liputan6.com, Tokyo - Aksi jual yang terjadi di bursa global berimbas ke bursa Asia. Indeks saham Jepang melanjutkan penurunan dalam tujuh hari berturut-turut.
Indeks saham MSCI Asia Pasifik turun 0,3 persen pada pukul 09.14 waktu Tokyo. Indeks saham Jepang Topix merosot 0,6 persen. Indeks saham Australia tergelincir 0,2 persen dan indeks saham Selandia Baru/NZX turun 0,1 persen.
Bursa Jepang memimpin penurunan terdalam. Penurunan tersebut juga di tengah yen melemah diikuti harga minyak dunia mendekati level terendah dalam dua pekan. Harga minyak yang tertekan itu seiring kekhawatiran penurunan dalam persediaan minyak AS.
Selain itu, menjelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve dan bank sentral Jepang, pelaku pasar khawatir sehingga berdampak ke harga minyak dan saham. Volatilitas pun kembali terjadi di pasar global.
Baca Juga
Apalagi investor kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan bank sentral untuk mendorong inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Pernyataan atau komentar pejabat the Fed juga membingungkan pasar.
"Pasar berada di bawah tekanan. Volatilitas yang terjadi seiring pertemuan bank sentral menjelang akhir tahun dan pemilihan di Amerika Serikat," ujar James Audiss, Senior Wealth Manager Shaw and Partners Ltd seperti dikutip dari laman Bloomberg, Kamis (15/9/2016).
Di pasar uang, yen melemah 0,2 persen menjadi 102,61 per dolar AS. Ekonom Morgan Stanley mengatakan, kalau langkah-langkah bank sentral Jepang dapat meningkatkan margin untuk pembelian obligasi pemerintah Jepang pada pekan depan.
Sedangkan, indeks dolar Bloomberg stabil usai menurun 0,1 persen terhadap 10 mata uang utama. Di sisi lain, mata uang Selandia baru turun 0,2 persen.
Di pasar komoditas, harga minyak naik 0,4 persen menjadi US$ 43,74 per barel usai menurun hampir enam persen dalam dua hari. Sedangkan emas sedikit berubah ke level US$ 1.323 per ounce. (Ahm/Ndw)
Advertisement