Sukses

Ikuti Bursa Global, IHSG Dibuka Menguat Tipis

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menguat ikuti pergerakan bursa global.

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menguat ikuti pergerakan bursa global. Penguatan bursa global juga imbas dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga.

Pada pembukaan perdagangan saham, Jumat (22/9/2016), IHSG naik tipis 0,04 poin atau 0,03 persen ke level 5.382,26. Indeks saham LQ45 melemah 0,03 persen 930,57.

Ada sebanyak 76 saham menguat sehingga mendorong IHSG reli. Sedangkan hanya 35 saham melemah dan 58 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.385,61 dan terendah 5.375,47.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 9.262 kali dengan volume perdagangan 173,8 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 345,5 miliar.

Secara sektoral, beberapa sektor menguat dan lainnya melemah. Sektor yang menunjukkan penguatan paling besar adalah sektor pertanian yang naik 0,83 persen. Sementara pelemahan dipimpin oleh sektor aneka industri yang melemah 1,52 persen.

Investor asing pun mencatatkan aksi beli sekitar Rp 9 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) melemah ke level Rp 13.095.

Saham-saham yang menguat antara lain saham NELY naik 23,53 persen ke level Rp 105 per saham, saham KAEF mendaki 17,60 persen ke level Rp 2.940 per saham, dan saham PNBN naik 5 persen ke level Rp 840 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BCIP turun 9,71 persen ke level Rp 930 per saham, saham BVIC menurun 10 persen ke level Rp 90 per saham, dan saham ADES susut 4,55 persen ke level Rp 1.260 per saham.

Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan bergerak pada level suport 5.320 dan resistance 5.460. "IHSG akan bergerak cenderung mixed mencoba melanjutkan penguatan secara terbatas," kata dia di Jakarta, Jumat (23/9/2016).

Pada perdagangan saham kemarin IHSG melesat 37,67 poin ke level 5.380. Namun, investor asing justru melakukan jual bersih sebanyak Rp 229,52 miliar. Lanjar menduga, aksi jual investor asing disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan kredit bank.