Liputan6.com, New York - Sebagian besar bursa saham Amerika Serikat (AS) sedikit berubah jelang data tenaga kerja AS. Rilis data ekonomi tersebut akan menjadi sinyal apakah bank sentral AS atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebelum akhir tahun 2016.
Penguatan harga minyak menunjukkan ekonomi cenderung menguat. Selain itu, laporan lain menunjukkan kalau jumlah warga AS untuk memanfaatkan dana pengangguran turun ke level terendah dalam 43 tahun. Rilis data ini keluar sebelum laporan gaji pada September. Diharapkan ada penambahan tenaga kerja sekitar 175 ribu.
Dolar AS sentuh level tertinggi sejak Juli terhadap mata uang uang utama. Penguatan ini didorong dari spekulasi the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Desember 2016.
Harga minyak pun naik di tengah penguatan mata uang. Harga minya naik hampir 15 persen dalam tujuh sesi ini. "Energi menjadi sentimen positif. Pelaku pasar pun cenderung menanti jelang rilis data tenaga kerja," ujar Art Hogan, Chief Market Strategist Wunderlich Securities seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (7/10/2016).
Baca Juga
Pada penutupan perdagangan saham Kamis (Jumat pagi WIB),Indeks saham Dow Jones turun 12,53 poin atau 0,07 persen ke level 18.268,5. Indeks saham S&P 500 naik 1,04 poin atau 0,05 persen ke level 2.160,77. Indeks saham Nasdaq merosot 9,17 poin atau 0,17 persen ke level 5.306,85.
Volume perdagangan saham sekitar 6,32 miliar saham. Angka ini di bawah rata-rata harian sekitar 7,1 miliar saham.
Saham Twitter merosot 20,1 persen ke level US$ 19,27 seiring kekhawatiran investor terhadap perseroan yang akan menolak tawaran potensial pembeli. Disney dan Alphabet dikabarkan tidak menawar Twitter.
Saham Wal-Mart merosot 3,2 persen ke level US$ 69,36. Saham Wal-Mart membebani indeks saham S&P 500 usai perseroan memprediksi pendapatan mendatar pada tahun depan. (Ahm/Ndw)
Advertisement
Â