Sukses

Bursa Asia Turun Akibat Kinerja Perusahaan AS

Banyak sentimen terutama global yang pengaruhi laju bursa Asia pada Rabu pekan ini.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah ke level terendah dalam tiga minggu pada Rabu pekan ini akibat laporan keuangan perusahaan di Amerika Serikat (AS) mengecewakan. Ini juga berimbas ke bursa saham AS.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,4 persen. Sementara indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,7 persen. Indeks saham Australia melemah 0,6 persen. Indeks saham Selandia Baru turun 0,3 persen, sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi sedang bergejolak.

Bursa Asia tertekan juga imbas dari bursa saham AS. Indeks saham S&P 500 merosot 1,2 persen. Sejumlah saham alami tekanan seperti saham Alcoa merosot 11,4 persen. Saham Ilumina turun 24,8 persen.

Pelaku pasar juga mengantisipasi pemilihan umum di Amerika Serikat yang kian mendekat pada 8 November 2016.

Gejolak yang terjadi partai Republik dan calon presiden AS Donald Trump telah mendorong spekulasi investor kalau hal tersebut memberikan keuntungan bagi partai Demokrat dan calon presiden AS dari partai tersebut Hillary Clinton.

Selain itu, sentimen bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga pada Desember 2016 juga membayangi bursa saham.

"Pasar telah mengandalkan ekspektasi stimulus moneter untuk waktu lama tapi itu berubah dengan imbal hasil obligasi naik di seluruh dunia. Naiknya suku bunga dan EPS yang jatuh, jelas buruk untuk saham," jelas Norihiro Fujito, Senior Investment Strategist Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (12/10/2016).

Di pasar uang, mata uang Inggris pound naik dari posisi terendahnya di tengah sesi perdagangan yang bergejolak. Pound naik 1,3 persen di awal perdagangan Asia ke posisi US$ 1,22 usai hampir turun lima persen.

"Ada aksi beli untuk pound. Tapi mengingat Brexit akan tetap menjadi tema utama untuk pasar,"" ujar Shinichiro Kadota, Kepala Riset Barclays Securities.

Sementara itu, harga minyak Brent diperdagangkan di level harga US$ 52,49 per barel. (Ahm/Ndw)