Liputan6.com, New York - Saham Asia merosot seiring penguatan dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan di akhir pekan ini, yang terpicu lonjakan imbal hasil obligasi AS usai terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Melansir laman Reuters, Jumat (11/11/2016), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen. Sementara indeks Korea susut 0,5 persen.
Sedikit beda, indeks Jepang Nikkei meningkat lebih dari 1 persen ke posisi tertinggi dalam 6,5 bulan terpicu pelemahan yen.
Advertisement
"Fokus pasar telah bergeser ke kebijakan yang diambil Trump setelah sebelumnya buruk di awal. Pasar berpikir kemungkinan dia akan melindungi ekonomi domestik AS. Itu menjelaskan mengapa Dow naik dan Nasdaq lemah," kata Koichi Yoshikawa, Direktur Eksekutif Standard Chartered Bank.
Baca Juga
Sebelumnya Wall Street menguat, dengan indeks S&P 500 naik 0,2 persen. Sementara Dow Jones industrial average naik 1,2 persen. Sedangkan indeks Nasdaq turun 0,8 persen, salah satunya terdorong penurunan saham Apple yang jatuh 2,8 persen.
Sektor keuangan naik 3,7 persen ke level tertinggi sejak krisis keuangan global pada 2008. Trump yang berada pada posisi konservatif, menyerukan pencabutan Reformasi keuangan Dodd-Frank Act 2010 yang sebagian besar ditentang bank.
Sementara pasar obligasi AS bergerak dramatis sejak kemenangan Trump. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai tingkat tertinggi dalam 10 bulan.
Ekspektasi bahwa kebijakan dan sikap Trump yang akan menerapkan proteksionisme dan ekspansi fiskal diprediksi meningkatkan inflasi dan mendorong lonjakan imbal hasil AS.
Di sisi lain, lonjakan imbal hasil ini membuat dolar menguat. Nilai tukar Euro merosot ke posisi US$ 1,08905, dari posisinya di US$ 1,1025 sebelum pemilu AS.
Dolar juga menguat tajam terhadap yen, yang secara tradisional berkorelasi terbalik. Sebab pemberian imbal hasil yang tinggi mendorong investor Jepang untuk membeli lebih banyak obligasi AS.
Dolar menguat ke posisi 106,95 terhadap yen. Ini posisi tertinggi sejak akhir Juli, dibandingkan sebelum pemilu yang di level ¥ 105,15.
Di Asia, won Korea berada di bawah tekanan karena kekhawatiran tentang kebijakan luar negeri Trump dan komitmennya terhadap keamanan di Asia Timur. Won diperdagangkan ke level terendah dalam lebih dari empat bulan.
Pasar juga mengharapkan AS Federal Reserve untuk terus melanjutkan rencana menaikkan suku bunga pada bulan Desember. Sebab ini akan menjadi tanda-tanda stabilitas pasar saham AS.