Sukses

1 Jam Perdagangan, IHSG Tinggalkan Level 5.100

Gerak IHSG turun 142,95 poin atau 2,7 persen ke level 5.089,01 pada awal sesi perdagangan.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih lanjutkan tekanan pada perdagangan saham awal pekan ini.

Pada 10 menit perdagangan, IHSG turun 108,67 poin atau 2,07 persen ke level 5.123,29. Pukul 09.58 WIB, IHSG pun jatuh 142,95 poin atau 2,7 persen ke level 5.089,01.

Ada sebanyak 201 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 41 saham menguat dan 72 saham diam di tempat.

IHSG sempat berada di level tertinggi 5.196,78 dan terendah 5.089,01. Volume perdagangan saham tercatat 3,07 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,09 triliun. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 105.797  kali. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 539,8 miliar.

Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham BWPT naik 13,27 persen ke level Rp 222 per saham, saham JGLE menanjak 24,44 persen ke level Rp 336 per saham, dan saham DNET naik 5,97 persen ke level Rp 71 per saham.

Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham BBRI merosot 6,05 persen ke level Rp 11.250 per saham, saham TLKM susut 7,32 persen ke level Rp 3.670 per saham, dan saham BUMI susut 4,52 persen ke level Rp 296 per saham.

Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan, tekanan IHSG masih berlanjut lantaran nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih tertekan. Tekanan rupiah terjadi didorong dolar AS menguat.

"Kebijakan Donald Trump fokus meningkatkan infrastruktur, dan mendorong inflasi dalam negeri sehingga memperkuat ekonomi AS membuat kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik. Akhirnya dolar AS menguat dan rupiah melemah," jelas Hans saat dihubungi Liputan6.com, Senin (14/11/2016).

Selain itu, Hans menuturkan kebijakan Donald Trump yang menarik dana-dana dari luar negeri kembali ke AS dapat mendorong pembalikan dana dari emerging market.

Melihat kondisi itu, Hans menuturkan, IHSG akan coba level support di 5.000. Ia pun menyarankan agar investor menunggu dulu hingga pasar saham stabil. Adapun hingga akhir tahun, ia perkirakan, IHSG berada di kisaran 5.200. "Pengampunan pajak atau tax amnesty akan menjadi penopang IHSG," kata Hans.Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih lanjutkan tekanan pada perdagangan saham awal pekan ini.

Pada 10 menit perdagangan, IHSG turun 108,67 poin atau 2,07 persen ke level 5.123,29. Pukul 09.58 WIB, IHSG pun jatuh 142,95 poin atau 2,7 persen ke level 5.089,01.

Ada sebanyak 201 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 41 saham menguat dan 72 saham diam di tempat.

IHSG sempat berada di level tertinggi 5.196,78 dan terendah 5.089,01. Volume perdagangan saham tercatat 3,07 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,09 triliun. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 105.797  kali. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 539,8 miliar.

Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham BWPT naik 13,27 persen ke level Rp 222 per saham, saham JGLE menanjak 24,44 persen ke level Rp 336 per saham, dan saham DNET naik 5,97 persen ke level Rp 71 per saham.

Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham BBRI merosot 6,05 persen ke level Rp 11.250 per saham, saham TLKM susut 7,32 persen ke level Rp 3.670 per saham, dan saham BUMI susut 4,52 persen ke level Rp 296 per saham.

Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan, tekanan IHSG masih berlanjut lantaran nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih tertekan. Tekanan rupiah terjadi didorong dolar AS menguat.

"Kebijakan Donald Trump fokus meningkatkan infrastruktur, dan mendorong inflasi dalam negeri sehingga memperkuat ekonomi AS membuat kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik. Akhirnya dolar AS menguat dan rupiah melemah," jelas Hans saat dihubungi Liputan6.com, Senin (14/11/2016).

Selain itu, Hans menuturkan kebijakan Donald Trump yang menarik dana-dana dari luar negeri kembali ke AS dapat mendorong pembalikan dana dari emerging market.

Melihat kondisi itu, Hans menuturkan, IHSG akan coba level support di 5.000. Ia pun menyarankan agar investor menunggu dulu hingga pasar saham stabil. Adapun hingga akhir tahun, ia perkirakan, IHSG berada di kisaran 5.200. "Pengampunan pajak atau tax amnesty akan menjadi penopang IHSG," kata Hans.