Liputan6.com, Jakarta - Pencarian dana lewat penerbitan surat utang atau obligasi masih cerah pada tahun ini. Penerbitan obligasi telah mencapai Rp 100 triliun hingga November 2016.
Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat mengatakan, maraknya perusahaan mencari dana lewat obligasi karena memanfaatkan momen rendahnya tingkat suku bunga. Bukan hanya itu, ramainya perusahaan menerbitkan obligasi karena kondisi pasar saham yang masih kurang begitu baik.
"Obligasi tahun ini cukup bagus, cukup banyak, dana yang diraih juga lebih Rp 100 triliun. Jadi kalau di equity memang tidak begitu menggembirakan, cuma di obligasi sebagian besar perusahaan memanfaatkan penurunan tingkat suku bunga untuk menerbitkan obligasi," kata dia di Gedung BEI Jakarta, Senin (28/11/2016).
Samsul mengatakan, meski banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi belum berstatus perusahaan terbuka atau emiten hal itu namun hal itu dirasa cukup positif. Menurut Samsul, dengan menerbitkan surat utang maka perusahaan telah berupaya menerapkan tata kelola yang baik atau good corporate governance (GCG).
Baca Juga
"Tapi ini pengalaman proses bagi mereka. Sebagian belum public company belum emiten, jadi dengan nerbitin obligasi pelajaran bagi mereka. GCG hampir sama dengan public company," tutur dia.
Berdasarkan siaran pers yang diterbitkan BEI pekan lalu, total emisi obligasi, sukuk korporasi, dan Efek Beragun Aset (EBA) yang tercatat di sepanjang 2016 telah melampaui Rp 100 triliun. Capaian ini menjadi rekor baru di BEI. Sejak awal tahun 2016 emisi obligasi, sukuk korporasi, dan EBA yang dicatatkan di BEI telah mencapai 70 emisi yang diterbitkan oleh 47 emiten dengan nilai Rp 102,06 triliun.
Pencapaian di 2016 tersebut melebihi total emisi obligasi, sukuk korporasi, dan EBA yang dicatatkan di sepanjang tahun 2015 yakni sebesar Rp 62,75 triliun melalui 55 emisi yang diterbitkan oleh 28 emiten. Total nilai emisi tersebut juga melampaui rekor total emisi sepanjang berdirinya BEI sebelumnya di 2012 dengan nilai emisi Rp 69,45 triliun.
Advertisement