Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menguat pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Hal itu seiring bursa Amerika Serikat (AS) yang positif.
Indeks saham MSCI Asia Pasifik naik 0,2 persen pada perdagangan Rabu pekan ini. Penguatan tersebut didukung dari kenaikan indeks saham Jepang Topix menguat 0,6 persen pada pukul 09.53 waktu Tokyo. Selain itu, indeks saham Australia mendaki 0,6 persen didukung kenaikan sektor saham teknologi. Indeks saham Korea Selatan Kospi juga menguat 0,3 persen. Akan tetapi, indeks saham Selandia Baru tergelincir 0,2 persen.
Penguatan bursa saham Jepang juga didorong dari yen melemah terhadap dolar AS. Yen berada di kisaran per 114 dolar AS.
Saham Softbank Group Corp juga naik lebih dari tiga persen setelah CEO Masayoshi Son mengatakan kepada presiden terpilih Donald Trump akan investasi di AS sekitar US$ 50 miliar. Investasi itu akan ciptakan lapangan kerja sekitar 50 ribu.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan dolar Australia ditransaksikan di level 74,15 sen AS. Laporan pertumbuhan ekonomi Australia menunjukkan kalau belanja pemerintah turun sedangkan impor naik. Bank sentral Australia juga mempertahankan suku bunga.
Di pasar komoditas, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 0,1 persen menjadi US$ 50,90 per barel. Harga minyak Brent turun 1,9 persen menjadi US$ 53,92. Harga emas di pasar spot susut 0,2 persen menjadi US$ 1.167,73 per ounce.
Dana ebih dari US$ 1,5 triliun telah masuk ke bursa saham global dalam sebulan seiring spekulasi presiden terpilih AS Donald Trump akan mendorong inflasi. Sentimen itu mendorong indeks saham Dow Jones cetak rekor dan imbal hasil surat utang menguat. Investor juga turut fokus terhadap kebijakan moneter bank sentral Eropa yang akan akomodatif.
"Kestabilan di Eropa dan stimulus dari bank sentral Eropa akan menguatkan saham. Namun diharapkan bank sentral Eropa dapat umumkan stimulus untuk enam bulan ke depan," ujar James Woods, Analis Rivkin Securities, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Rabu (7/12/2016).
Ada pun sentimen yang mempengaruhi bursa Asia antara lain analis memperkirakan bank sentral india akan pangkas suku bunga. Sedangkan bank sentral Eropa diharapkan terus membeli obligasi.