Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan Jumat ini. IHSG sempat berada di zona hijau di awal perdagangan tetapi kemudian tertekan ke zona merah dan akhirnya ditutup melemah.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (16/12/2016), IHSG turun tajam 22,71 poin atau 0,43 persen ke level 5.231,65. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,80 persen ke level 873,67. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 184 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 122 saham menguat dan 97 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.263 dan terendah 5.231,65.
Advertisement
Transaksi perdagangan saham juga cukup ramai. Total frekuensi perdagangan 246.092 kali dengan volume perdagangan 14,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 9,4 triliun.
Baca Juga
Investor asing pun masih melakukan aksi jual. Nilainya mencapai Rp 760 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat menguat di Rp 13.376.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham pembentuk IHSG tertekan kecuali sektor saham perkebunan naik 0,42 persen dan sektor saham industri dasar yang menguat 0,84 persen.
Sektor saham aneka industri merosot 1,96 persen, dan mencetak pelemahan terbesar, disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 1,54 persen dan sektor saham pertambangan melemah 0,51 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham BJBR naik 22,92 persen ke level Rp 2.950 per saham, saham KBLM mendaki 22,29 persen ke level Rp 428 per saham, dan saham CANI menanjak 20,37 persen ke level Rp 1.625 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain MREI turun 10 persen ke level Rp 3.690 per saham, saham IDPR tergelincir 9,89 persen ke level Rp 1.185 per saham, dan saham NIPS merosot 9,84 persen ke level Rp 348 per saham.
Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menjelaskan, pelemahan IHSG pada hari ini seiring dengan pelemahan bursa Asia. "Selain harga minyak juga turun sehingga menekan saham-saham di sektor energi," jelas dia.
Dari dalam negeri juga belum ada sinyal positif. Data-data ekonomi yang telah keluar belum bisa menjadi sinyal yang bisa mendorong IHSG naik.(Gdn/Ndw)