Sukses

IHSG Berpeluang Menghijau, Simak Saham Pilihan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di kisaran 5.274-5.336 pada Senin pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat pada perdagangan saham Senin pekan ini. Rilis data ekonomi seperti neraca perdagangan akan pengaruhi laju IHSG.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG masih berada dalam rentang pergerakan konsolidasi yang wajar. IHSG berpotensi menguat dengan kisaran 5.274-5.336. Sejumlah sentimen terutama data ekonomi Indonesia akan pengaruhi pasar.

"Rilis data neraca perdagangan akan memberikan pengaruh terhadap pola gerak IHSG. Pada posisi awal tahun ini juga menanti rilis data kinerja emiten 2016," ujar dia dalam ulasannya, Senin (16/1/2017).

Sementara itu, Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan, IHSG akan bergerak di kisaran support 5.250-5.200. Sedangkan resistance di 5.310-5.360. "Sentimen mendominasi kecenderungan pelaku pasar wait and see pelantikan Trump," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Untuk rekomendasi saham, William memilih saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

2 dari 2 halaman

Investor Tunggu Pelantikan Trump

Dalam laporan DBS Indonesia menyebutkan, menjelang pelantikan Donald Trump, investor terus berharap pada kemungkinan stimulus yang besar selama masa jabatan presiden AS Donald Trump. Data makro ekonomi AS yang kuat juga mendorong pergerakan saham lebih tinggi.

Adanya keyakinan terhadap stimulus fiskal yang kuat akan terus mendorong pasar saham AS. Ditambah data ekonomi AS antara lain data manufaktur dan upah AS yang kuat jadi dorongan sentimen.

Sebelumnya pemulihan ekonomi AS mendapatkan momentum karena pertumbuhan aktivitas manufaktur dan tingkat upah kalahkan ekspektasi.

Rata-rata penghasilan per jam naik 0,4 persen MoM pada Desember, lebih tinggi dari harapan pasar kenaikan 0,3 persen MoM. Indeks manufaktur ISM naik 54,7 pada Desember, lebih tinggi dari perkiraan konsensus 53,8.

Di sisi lain, kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS) dapat memicu respons hawkish dari bank sentral AS atau the Federal Reserve dan pengetatan moneter yang agresif.

Dari internal, ada sejumlah rilis data ekonomi yang telah dikeluarkan antara lain realisasi defisit Indonesia tercatat 2,46 persen dari produk domestik bruto (PDB), lebih besar dari target awal 2,35 persen. Inflasi tercatat 3,02 persen sepanjang 2016. Selain itu, cadangan devisa Indonesia pada Desember 2016 mencapai US$ 116,4 miliar.

Pada pekan ini, data ekonomi yang keluar antara lain neraca perdagangan Indonesia, produk domestik China (PDB) China, produksi industri China.