Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi dengan kecenderungan konsolidasi pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Namun, IHSG berbalik arah ke zona merah jelang akhir perdagangan saham.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (17/1/2017), IHSG turun tipis 3,07 poin atau 0,06 persen ke level 5.266,93. Indeks saham LQ45 merosot 0,07 persen ke level 878,90. Indeks saham acuan sebagian menguat dan melemah.
Ada sebanyak 161 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. Sedangkan 141 saham melemah. 104 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.287,12 dan terendah 5.265,60.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 274.976 kali dengan volume perdagangan 10,6 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 4,5 triliun.
Baca Juga
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat. Sektor saham aneka industri naik 0,87 persen, dan pimpin penguatan sektor saham. Disusul sektor saham perkebunan mendaki 0,65 persen, dan sektor saham infrastruktur menanjak 0,50 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham BINA naik 24,85 persen ke level Rp 422 per saham, saham OASA menanjak Rp 24,66 persen ke level Rp 364 per saham, dan saham BIPI mendaki 19,13 persen ke level Rp 137 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham PLAS turun 22,50 persen ke level Rp 248 per saham, saham BNLI tergelincir 10,07 persen ke level Rp 670 per saham, dan saham JAWA susut 9,25 persen ke level Rp 157 per saham.
Bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,54 persen ke level 22.480, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,37 persen ke level 2.071, indeks saham Shanghai menanjak 0,17 persen ke level 3.108, dan indeks saham Taiwan mendaki 0,67 persen ke level 9.354.
Sedangkan indeks saham Singapura turun 0,01 persen ke level 3.012, indeks saham Jepang Nikkei merosot 1,48 persen ke level 18.813, dan catatkan penurunan terbesar.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan laju IHSG masih konsolidasi. Pelaku pasar menanti hasil laporan kinerja emiten sepanjang 2016. Ini sebagai salah satu pertimbangan untuk investasi 2017. Selain itu, data ekonomi yaitu neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 8,7 miliar pada 2016 juga menjadi angin segar untuk pasar saham.
Transaksi harian investor asing, menurut William juga belum ada yang terlalu signifikan. Ini ditunjukkan dari aksi jual investor asing masih tipis. Demikian juga dari sentimen eksternal yang menurut William belum ada yang signifikan. "Ini lebih concern ke sentimen internal," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement