Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) merosot pada perdagangan saham Kamis (19/1/2017). Adanya kabar mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Emirsyah Satar menjadi tersangka KPK dinilai memberi sentimen negatif.
Berdasarkan data RTI pada Kamis (19/1/2017) pukul 14.11 WIB, saham PT Garuda Indonesia Tbk merosot 1,13 persen ke level Rp 350 per saham. Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 362 dan terendah Rp 350 per saham. Total frekuensi 800 kali dengan nilai transaksi Rp 4 miliar.
Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk turun di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik terbatas. IHSG naik 8,5 poin ke level 5.304 pada sesi kedua Kamis pekan ini.
Analis senior PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, pelaku pasar memanfaatkan adanya sentimen negatif atas kabar mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Emirsyah Satar menjadi tersangka KPK.
Baca Juga
"Memang sudah tidak ada hubungan lagi (mantan Direktur Utama Garuda Indonesia). Pasar merespons negatif, sehingga melakukan aksi jual (saham Garuda)," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com.
Meski harga saham PT Garuda Indonesia Tbk turun pada Kamis ini, pergerakan sahamnya cenderung positif pada awal 2017. Saham PT Garuda Indonesia Tbk naik 5,99 persen ke level Rp 354 per saham. Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk sempat tertinggi di level Rp 360 dan terendah Rp 334 per saham. Nilai transaksinya Rp 14,3 miliar.
Advertisement
Sementara itu, PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan adanya investigasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melakukan penggeledahan terkait dengan BUMN transportasi tidak ada kaitannya dengan kegiatan korporasi. Garuda menyebut bahwa penggeledahan tersebut merupakan tindakan perseorangan.
Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia Benny S Butarbutar, sebagai perusahaan publik Garuda Indonesia sudah memiliki mekanisme dalam seluruh aktivitas bisnisnya. Mulai dari penerapan sistem GCG yang diterapkan secara ketat hingga transparansi dalam informasinya.
"Manajemen Garuda Indonesia juga menyatakan menyerahkan sepenuhnya kepada KPK dalam penuntasan kasus tersebut, serta akan bersikap kooperatif dengan pihak penyidik," ujar dia pada Kamis (19/1/2017).
Sepak terjang Emirsyah menggawangi badan usaha milik negara (BUMN) penerbangan ini memang cukup lama. Banyak yang menilai dia mampu membawa Garuda Indonesia bangkit dari keterpurukan usai nyaris bangkrut dan terlilit utang besar pada 2005.
Emirsyah Satar, pria kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959, merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dia memulai kariernya sebagai auditor di PricewaterhouseCoopers, Jakarta 1983. Usai itu bergabung dengan Citibank Jakarta sebagai Asisten Vice President of Corporate Banking Group pada 1985.
Periode 1990-1994, dia menjabat General Manager Corporate Finance Division Jan Darmadi Group di Jakarta. Pada November 1994 sampai Januari 1996, Emirsyah menduduki posisi Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation, Jakarta.
Setahun kemudian, dia menapaki karier sebagai Managing Director (CEO) Niaga Finance Co. Ltd, Hong Kong. Barulah setelahnya dia memulai karier sebagai Direktur Keuangan (CFO) Garuda Indonesia sebelum bergabung dengan Bank Danamon sebagai Wakil
Direktur Utama (2003-2005).
Emirsyah pun kemudian dipercaya Menteri Negara BUMN Sugiharto saat itu sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia pada 2005. Emirsyah memimpin Garuda Indonesia selama hampir 10 tahun. Sebelum mengundurkan diri pada 2004 dan digantikan Arief Wibowo.