Sukses

Sentimen Internal Dongkrak IHSG Selama Sepekan

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,20 persen ke level 5.371 pada Jumat pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis selama sepekan untuk periode 3-10 Februari 2017. Sejumlah sentimen internal dan aksi beli investor asing mendorong kenaikan IHSG.

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, Sabtu (11/2/2017), IHSG menguat 0,20 persen dari kisaran 5.360 pada Jumat 3 Februari 2017 menjadi 5.371 pada Jumat 10 Februari 2017.

Aksi jual saham-saham unggulan pada penutupan perdagangan saham jelang akhir pekan telah mengurangi keuntungan di awal sesi perdagangan. Kinerja indeks saham kapitalisasi kecil pun lebih cukup bertahan. Sedangkan indeks saham LQ45 naik 0,1 persen secara mingguan.

Aksi beli investor asing masih berlanjut di pasar saham. Tercatat aksi beli investor asing mencapai Rp 997,68 miliar (asumsi kurs Rp 13.302 per dolar Amerika Serikat) dari periode pekan lalu yang mencapai US$ 56 juta.

Dalam riset Ashmore menyebutkan kalau aksi beli investor asing tersebut lantaran optimistis terhadap makro ekonomi Indonesia. Ditambah lembaga pemeringkat internasional Moody's yang memperbaiki peringkat Indonesia menjadi stabil.

Di pasar obligasi, indeks obligasi naik 0,6 persen secara mingguan. Imbal hasil obligasi pun menguat 10 basis poin. Namun, sayangnya investor asing melakukan aksi jual untuk pertama kali pada 2017.

Lalu apa saja sentimen yang mempengaruhi bursa saham global dan IHSG pada pekan ini? Dari sentimen eksternal, presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan rilis reformasi pajak dalam 2-3 minggu ini. Hal itu mendorong reli di pasar saham.

Sebelumnya pasar telah menunggu tiga kunci perubahan di bawah pemerintahan Donald Trump antara lain pemangkasan pajak, pengurangan regulasi dan meningkatkan belanja infrastruktur. Sejauh ini, Donald Trump baru mengurangi regulasi.

Dari data ekonomi AS, klaim pengangguran lebih sedikit dari yang diharapkan. Klaim pengangguran menjadi 234 ribu dari perkiraan sekitar 249 ribu. Selain itu, tingkat pengangguran di posisi 4,8 persen. Angka pengangguran itu lebih tinggi dari posisi November 2016 di kisaran 4,6 persen.

Di Eropa, risiko politik semakin meningkat. Terutama pemilihan presiden di Prancis. Selain itu, presiden bank sentral Eropa Mario Draghi menyatakan kalau ekonomi Uni Eropa dan inflasinya masih belum kuat. Ini dapat mendorong pihaknya untuk mendorong stimulus moneter.

Indonesia pun diliputi sentimen internal cukup baik. Pada 8 Februari 2017, lembaga pemeringkat Moody's memperbaiki peringkat Indonesia menjadi positif. Selain itu, Moody's juga mengafirmasi rating pada Baa3 (investment grade) untuk surat utang.

Selain itu, cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 116,9 miliar pada Januari 2017. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,02 persen pada 2016. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari perkiraan pada kuartal IV 2016. Pertumbuhan ekonomi tercatat 4,94 persen dari year on year (YoY).

2 dari 2 halaman

Pemerintah Berkomitmen Bangun Infrastruktur

Kemudian apa yang diperhatikan selanjutnya. Laporan Ashmore menyebutkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan kalau pemerintah fokus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi ketimpangan sosial. Oleh karena itu, pemerintah mendorong anggaran untuk infrastruktur, kesehatan dan pendidikan.

Sejak awal pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), belanja pemerintah didorong memiliki dampak lebih luas terutama investasi. Komitmen itu pun berlanjut pada 2017.

Pada tahun ini ada dua katalis utama yang menjadi sorotan. Pertama, peningkatan belanja pemerintah saat ini juga digunakan untuk mengurangi ketimpangan pembangunan yang terjadi di Jawa dan luar Jawa.

Katalis kedua yaitu komoditas. Dibandingkan 2016, harga komoditas diperkirakan lebih baik. Pemerintah pun kini menghabiskan infrastruktur untuk Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Ini agar ekonomi lebih terdiversifikasi, dan tidak hanya mengandalkan komoditas.

Pembangunan infrastruktur ke wilayah Sumatera, Sulawesi, dan Papua lantaran tingkat kemiskinan lebih tinggi di wilayah tersebut. Ini menunjukkan ketidaksetaraan di wilayah itu.

Oleh karena itu untuk membuat Indonesia lebih bersaing, pemerintah mengundang investasi swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur.