Sukses

IHSG Cetak Rekor Tertinggi karena Investor Percaya RI

IHSG mencetak rekor tertinggi dalam sejarah Indonesia. Penopangnya aksi beli saham investor asing senilai Rp 2 triliun.

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 5.540,43 terjadi karena transaksi pembelian dari investor asing sebesar Rp 2,26 triliun. Level indeks saham ini pada penutupan perdagangan Jumat (17/3/2017) disebut-sebut tertinggi dalam sejarah Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota Dewan Komisioner OJK, Nurhaida, mengungkapkan, pasar modal Indonesia mengalami perkembangan dan pertumbuhan baik selama beberapa tahun terakhir. Salah satunya realisasi IHSG pada penutupan perdagangan Jumat lalu.

"Indonesia mencetak indeks rekor tertinggi dalam sejarah. Ini adalah perkembangan dan pencapaian yang luar biasa," kata Nurhaida saat acara The 12th Anniversary J-Club Investing di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Sabtu (18/3/2017).

Menurut Nurhaida, realisasi kinerja IHSG tersebut ditopang dari aksi beli asing sebesar lebih dari Rp 2 triliun. Untuk diketahui, total frekuensi perdagangan saham sebanyak 342.638 kali dengan volume perdagangan saham 12,5 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 12,7 triliun. Tercatat investor asing melakukan aksi beli Rp 2,26 triliun.

"Jadi sebetulnya rekornya pencapaian indeks karena banyak transaksi sehingga meningkat harga-harga (saham) dan di antaranya ada asing masuk cukup besar lebih dari Rp 2 triliun," jelasnya.

Dia mengatakan, tidak dapat memprediksi indeks sampai dengan akhir tahun. OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengawasi dan mengupayakan sektor keuangan, terutama di pasar modal Indonesia dalam situasi kondusif.

"Kita percaya market terjaga, beberapa kemudahan kita lakukan agar market lebih menarik dan efisien. Market yang terpercaya itu bisa membuat transaksi meningkat," Nurhaida berucap.

Sementara itu, Direktur Pengembangan BEI, Nicky Hogan, menambahkan, IHSG terkerek naik karena kepastian mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan optimisme investor mendorong kinerja pasar modal Indonesia.

"Memang lebih ke sentimen global, tapi juga sinyal Standard & Poor's akan mengafirmasi rating Indonesia. Karena tinggal lembaga pemeringkat itu yang belum menaikkan rating investment credit sesuai dengan rating yang ada," paparnya.

Nicky mengaku, para investor tidak perlu khawatir dengan kinerja IHSG. Pasalnya secara fundamental dan makro ekonomi Republik ini sangat baik.

"Bicara tax amnesty, pertumbuhan perekonomian, inflasi, semua indikatornya baik. Optimisme itu mulai terlihat dari kenaikan indeks dan animo investor asing," jelasnya.(Fik/Zul)