Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang kembali melanjutkan penguatan sepekan ke depan setelah menembus rekor. Kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memberikan kepastian pelaku pasar.
Analis PT Recapital Securities Kiswoyo Adie Joe menerangkan, kenaikan suku bunga AS tersebut membuat investor tak ragu menanamkan modalnya di pasar saham. Sehingga, akan mengerek laju IHSG.
Baca Juga
Kiswoyo melanjutkan, saat ini pelaku pasar tengah menunggu pengumuman dari pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P). Menurut dia, hasil dari pemeringkatan ini akan positif melihat kondisi perekonomian dalam negeri.
"Itu salah satunya (kenaikan The Fed), kita menunggu rating S&P," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (20/3/2017).
Kiswoyo melanjutkan, sejauh ini sentimen penggerak IHSG relatif positif. Dia belum melihat sentimen penekan IHSG.
"Belum ada sentimen negatif," ungkap dia.
Kiswoyo memperkirakan IHSG bergerak di support 5.500-5.400. Kemudian resistance di level 5.640.
Dia merekomendasikan saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
IHSG menembus rekor Jumat pekan lalu dengan ditutup ke level 5.540,43. Investor asing melakukan pembelian cukup besar mencapai Rp 2,26 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida, mengungkapkan, pasar modal Indonesia mengalami perkembangan dan pertumbuhan baik selama beberapa tahun terakhir. Salah satunya realisasi IHSG pada penutupan perdagangan Jumat lalu.
"Indonesia mencetak indeks rekor tertinggi dalam sejarah. Ini adalah perkembangan dan pencapaian yang luar biasa," kata Nurhaida.
Menurut Nurhaida, realisasi kinerja IHSG tersebut ditopang dari aksi beli asing sebesar lebih dari Rp 2 triliun. Untuk diketahui, total frekuensi perdagangan saham sebanyak 342.638 kali dengan volume perdagangan saham 12,5 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 12,7 triliun. Tercatat investor asing melakukan aksi beli Rp 2,26 triliun.
"Jadi sebetulnya rekornya pencapaian indeks karena banyak transaksi sehingga meningkat harga-harga (saham) dan di antaranya ada asing masuk cukup besar lebih dari Rp 2 triliun," jelasnya.
Dia tidak dapat memprediksi indeks sampai dengan akhir tahun. OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengawasi dan mengupayakan sektor keuangan, terutama di pasar modal Indonesia dalam situasi kondusif.
"Kita percaya market terjaga, beberapa kemudahan kita lakukan agar market lebih menarik dan efisien. Market yang terpercaya itu bisa membuat transaksi meningkat," Nurhaida berucap.
Advertisement