Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham tambang mencatatkan penguatan besar pada sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini. Sentimen angin debbie di Australia dan kenaikan harga batu bara dinilai mempengaruhi laju sektor saham tambang.
Berdasarkan data RTI, sektor saham tambang naik 3,64 persen menjadi 1.581,54. Ada sekitar 19 saham emiten tambang catatkan penguatan, 5 saham melemah, dan 7 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan sektor saham tambang sekitar 53.911 kali dengan nilai transaksi Rp 1,3 triliun.
Kenaikan indeks sektor saham tambang ini mampu kalahkan kinerja IHSG pada sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini. IHSG naik 38,75 poin atau 0,69 persen ke level 5.645,54, dan cetak rekor tertinggi pada sesi pertama.
Advertisement
Sepanjang 2017, indeks sektor saham tambang telah menguat 10,27 persen. Kenaikan sektor tambang termasuk tertinggi di pasar saham Indonesia.
Saham-saham yang mencetak kenaikan terbesar pada perdagangan saham Selasa pekan ini antara lain saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 21,56 persen ke level harga Rp 406 per saham, saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mendaki 15,38 persen ke level Rp 75 per saham, dan saham PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) menguat 11,76 ke level Rp 1.140 per saham.
Baca Juga
Selain itu, saham PT Samindo Resources Tbk (MYOH) menguat 11,59 persen ke level Rp 915 per saham, saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) naik 9,5 persen ke level Rp 1.095 per saham, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 8,29 persen ke level Rp 21.875 per saham.
Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menguat 6,93 persen ke level Rp 1.930 per saham, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) melonjak 6,88 persen ke level Rp 2.640 per saham, dan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 6,25 persen ke level Rp 14.025 per saham.
Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan, angin topan Debbie berpotensi menganggu ekspor batu bara Australia senilai US$ 3,2 miliar dalam beberapa minggu ke depan. Akibat dari angin ribut itu akan terjadi banjir yang mengganggu jalur kereta api bagian utara Australia seperti Queensland.
Ia menuturkan, daerah Queensland menyumbang 50 persen dari suplai coking coal, Diperkirakan 15-20 juta ton coking coal akan alami keterlambatan pengiriman yang sebabkan harga pasar berpotensi naik. Sentimen itu mendorong harga saham batu bara di pasar saham Indonesia menguat.
Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, harga batu bara Newcastle naik 6 persen ke posisi US$ 89,5 per metrik ton (mt), sedangkan harga batu bara Rotterdam menguat 5 persen menjadi US$ 67,8 mt. Kenaikan harga batu bara itu berdampak ke emiten batu bara. "Sentimen harga batu bara ini cukup dongkrak harga saham emiten berkaitan batu bara," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, sentimen itu memberikan momentum kenaikan jangka pendek untuk saham batu bara. Meski demikian, ia melihat sektor saham tambang batu bara masih menarik pada 2017. Hal itu asal harga komoditas dunia tak bergejolak . "Selama harga komoditas stabil maka cukup bagus untuk sektor tambang," kata dia.
Bima pun menuturkan hal sama. Ia tetap optimistis sektor saham tambang masih menarik. Ada sentimen pemerintah China tetap menerapkan hari kerja 276 hari untuk tambang batu bara. Produksi batu bara China dapat turun 65-125 juta ton pada 2017 dari total 3,55 miliar ton.
Salah satu tambang terbesar China terus menekan agar pemerintah China menerapkan kebijakan itu pada pertengahan Maret-Agustus 2017 dalam rangka meningkatkan keuntungan harga batu bara. Sentimen itu menurut Bima dapat berdampak positif untuk emiten batu bara.
Untuk pilihan saham tambang, William menuturkan, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dapat dicermati pelaku pasar.