Sukses

Bursa Asia Tergelincir Ikuti Wall Street

Bursa saham Amerika Serikat yang melemah berdampak negatif ke bursa Asia pada perdagangan Kamis pekan ini.

Liputan6.com, Singapura - Bursa Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Bursa Asia tergelincir mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS)atau disebut wall street. Sementara itu, dolar Amerika Serikat merosot ke level terendah dalam dua minggu. Mata uang Inggris pound sterling berada di bawah tekanan seminggu sebelum pemilihan di Inggris.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen. Indeks saham acuan di bursa Asia ini alami koreksi dalam lima sesi berturut-turut seiring investor realisasikan keuangan. Valuasi saham sudah mencapai level tertinggi pada pekan lalu. Selain itu, investor juga khawatir terhadap ekonomi dan geopolitik.

Di Asia, indeks saham Jepang Nikkei naik 0,8 persen usai data menunjukkan kalau laba perusahaan pada kuartal I 2017 cukup baik. Kenaikan belanja modal pada kuartal I juga menunjukkan ekspansi ekonomi.

Berdasarkan survei bisnis, pertumbuhan manufaktur di Jepang juga naik ke level tertinggi dalam tiga bulan. Sementara itu, indeks saham Australia melemah 0,2 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,3 persen. Mata uang Korea Selatan won melemah 0,2 persen.

Pada perdagangan saham kemarin, wall street ditutup sedikit melemah seiring sektor saham keuangan yang tergelincir. Ini lantaran JP Morgan dan Bank of America yang memperingatkan melemah-nya pendapatan.

Dolar AS pun menguat 0,2 persen terhadap yen setelah menyentuh level terendah dalam dua minggu. Namun kekhawatiran politik Amerika Serikat (AS) membatasi kenaikan dolar AS. Indeks dolar AS naik tipis 0,1 persen menjadi 97,03 usai membukukan pelemahan 0,4 persen.

"Dolar AS tetap tertekan oleh hilangnya harapan terhadap paket stimulus dan administrasi Trump," ujar Analis Commonwealth Foreign Exchange Omer Esiner, seperti dikutip laman Reuters, Kamis (1/6/2017).

Selain itu, mata uang Inggris pound sterling turun 0,15 persen menjadi US$ 1,287 usai jajak pendapat menunjukkan Perdana Menteri Inggris Theresa May dapat kehilangan kontrol parlemen dalam pemilihan 8 Juni di Inggris.

 

Â