Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham global melemah seiring tekanan di Timur Tengah. Sebelumnya Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain dilaporkan memutuskan hubungan diplomatik serta semua hal yang berkaitan dengan urusan darat dan laut dengan Qatar.
Bursa saham Eropa turun pada perdagangan Selasa usai sejumlah negara di Timur Tengah memutus hubungan diplomatik dengan Qatar kemarin.Pemutusan hubungan diplomatik dan konsuler dengan Qatar sebagai upaya melanjutkan pelaksanaan hak kedaulatan yang dijamin oleh hukum internasional dan melindungi keamanan nasional dari bahaya terorisme dan ekstremisme.
Tak hanya Eropa, bursa Asia juga mengalami tekanan. Ini berimbas ke indeks saham MSCI World melemah 0,12 persen. Indeks Stoxx 600 turun 0,4 persen.
Advertisement
Baca Juga
Pada pekan ini, investor menghadapi sejumlah sentimen yang pengaruhi pasar. Salah satunya pemilihan di Inggris. Masyarakat Inggris akan mengikuti pemilihan umum yang dapat menimbulkan ketidakpastian. Selain itu, bank sentral Eropa juga akan melakukan pertemuan pada Kamis pekan ini.Â
"Pasar hadapi hal yang besar pada pekan ini. Inggris ada pemilihan umum, bank sentral Eropa akan mengumumkan keputusan kebijakan moneternya. The Federal Reserve pun melakukan hal sama pada Rabu depan," ujar Craig Erlam, Analis OAND Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (6/6/2017).
Ia menambahkan, saat sentimen dan peristiwa itu berlalu mungkin ada sedikit kejelasan di pasar.
Dengan banyaknya sentimen itu membuat investor menjauhi aset berisiko. Investor membeli emas dan surat utang pemerintah Jerman. Kedua portofolio investasi ini mterasuk aman. Harga emas pun menguat ke level tertinggi dalam enam minggu.
Erlam menuturkan, salah satu hal yang menjadi perhatian yaitu kestabilan mata uang Inggris pound sterling. Penguatan pound terhadap dolar Amerika Serikat dan euro berpotensi investor merespons positif sebelum pemilihan.
Akibat pemutusan hubungan diplomatik Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain dengan Qatar juga membuat harga minyak tertekan di bawah level US$ 50 per barel. Ini juga yang menekan bursa saham Eropa.
Â
Â