Sukses

Bursa Asia Bergerak Campuran karena Masalah di Gedung Putih

Indeks Nikkei Jepang, naik 0,18 persen sedangkan indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,27 persen pada awal perdagangan.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak campuran pada perdagangan Selasa pekan ini. Pelaku pasar sedang mencerna arah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang sedang melakukan perubahan personil di Gedung Putih.

Mengutip CNBC, Selasa (1/8/2017), Indeks Nikkei Jepang, naik 0,18 persen sedangkan indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,27 persen pada awal perdagangan. Di luar itu, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,22 persen didorong oleh kekuatan sektor energi yang naik 0,45 persen.

Pelaku pasar sedang mencerna arah kebijakan dari Donald Trump. Dalam beberapa pekan ini Trump memang terus melakukan perombakan di Gedung Putih. Anthony Scaramucci dipecat oleh Presiden Donald Trump hanya setelah 10 hari diangkat sebagai Direktur Komunikasi Gedung Putih.

Selain itu, salah satu anggota kongres AS dari Demokrat sempat melontarkan cuitan bahwa Wakil Presiden AS, Mike Pence, tengah mempersiapkan dirinya saat pemakzulan terjadi kepada Donald Trump.

Sebelumnya, dua anggota kongres Demokrat, Al Green dan Brad Sherman, mengajukan upaya impeachment pertama melawan Trump pada 12 Juli 2017.

Mereka mengklaim, Trump menghalangi keadilan dengan memecat Direktur FBI James Comey dalam penyelidikannya atas campur tangan Rusia dalam pemilihan tersebut.

Di Jepang, beberapa laporan keuangan emiten menunjukkan kinerja yang cukup positif. Japan Airlines naik 2,38 persen di awal perdagangan setelah merevisi naik target pendapatan. Namun, berbeda Saham Panasonic dan mizuho Financial Group justru mengalami penurunan meskipun kinerja kedua perusahaan tersebut sesuai dengan perkiraan.

Di Australia, saham-saham sektor energi naik karena lonjakan harga minyak. Pada perdagangan kemarin, patokan minyak mentah Brent naik 0,3 persen menjadi US$ 52,65 per barel. Sementara minyak mentah AS mencapai posisi tertinggi dengan naik hampir 1 persen menjadi US$ 50,17 per barel.

Tonton Video Menarik Berikut Ini: