Liputan6.com, Jakarta - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan laba pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya yang mencatatkan kerugian.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (1/8/2017), total laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik induk mencapai US$ 162,25 juta pada semester I 2017. Dari periode sama tahun sebelumnya mengalami rugi US$ 20,80 juta.
Laba perseroan tersebut lebih besar ketimbang pendapatan. Perseroan membukukan pendapatan US$ 15,6 juta pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 12,77 juta. Selain itu, perseroan mencatatkan kenaikan rugi usaha menjadi US$ 2,05 juta pada semester I 2017.
Advertisement
Baca Juga
Akan tetapi, laba entitas asosiasi dan ventura bersama melonjak 696,60 persen menjadi US$ 120,82 juta pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 15,16 juta. Selain itu, perseroan juga mencatatkan rugi selisih kurs dari US$ 935 ribu pada semester I 2016 menjadi US$ 76,50 ribu pada semester I 2017. Penghasilan bunga tercatat naik menjadi US$ 23,47 ribu.
Perseroan pun membukukan laba per saham dasar mencapai 4,49 pada semester I 2017. Total liabilitas perseroan tercatat US$ 5,53 miliar pada 30 Juni 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar US$ 5,88 miliar. Perseroan alami defisiensi modal mencapai US$ 2,40 miliar pada 30 Juni 2017.
Analis PT Binaarta Sekuritas, Reza Priyambada, menuturkan, laba PT Bumi Resources Tbk melebihi pendapatan lantaran kinerja anak usaha perseroan PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin tidak masuk pos pendapatan.
"Bumi sebagai holding hanya catatkan pendapatan US$ 15,6 juta. Pendapatan anak usaha Arutmin, KPC, dan Darmahenwa masuk ke laba entitas asosiasi," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com.
Selain itu, menurut Reza, harga komoditas batu bara membaik juga berdampak positif untuk PT Bumi Resources Tbk.
Direktur PT Bumi Resources Tbk Dileep Srivastava mengatakan, pihaknya mencatatkan volume produksi batu bara sekitar 42 juta ton, dan cenderung mendatar. Namun, harga batu bara cenderung melonjak. Tercatat, harga batu bara mencapai US$ 54,8 per ton pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 39,8 per ton.
"Ada kenaikan keuntungan US$ 183 juta," kata Dileep.
Reza mengatakan, kinerja PT Bumi Resources Tbk akan bergantung bagaimana perseroan mencari tambahan pasar baru dan mendongkrak jumlah pelanggan. Hal ini agar dapat mendukung kinerja PT Bumi Resources Tbk ke depan. Selain itu, perseroan yang sudah melakukan restrukturisasi utang diharapkan juga membawa sentimen positif ke depannya.
Reza pun merekomendasikan trading buy untuk jangka pendek bagi saham PT Bumi Resources Tbk. "Trading buy dengan target harga Rp 380 untuk jangka pendek," tutur dia.
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Â