Liputan6.com, New York Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun 2 persen seiring prediksi ancaman Badai Harvey, yang merupakan badai terkuat yang melanda daratan negara ini dalam 12 tahun terakhir. Badai Harvey dikhawatirkan mengancam operasi minyak di sepanjang Pantai Teluk AS.
Melansir laman Reuters, Jumat (25/8/2017), harga minyak mentah berjangka AS turun 98 sen menjadi US$ 47,43 per barel dan minyak mentah Brent berakhir turun 53 sen per barel, atau 1 persen ke posisi US$ 52,04 per barel.
Harga bensin di AS melonjak 2,8 persen hampir ke posisi tertingginya dalam setahun terakhir, karena kekhawatiran badai dan banjir akan merusak kilang minyak.
Advertisement
Baca Juga
Pusat Badai Nasional AS mengatakan bahwa Harvey akan dengan cepat datang dan diprediksi melanda daratan pada Jumat malam atau Sabtu dini hari di pantai Texas. Seiring ini dikeluarkan peringatan adanya gelombang badai atau bahaya banjir yang mengancam kehidupan.
Harvey diperkirakan akan tiba di darat dengan badai Kategori 3, dengan kecepatan angin hingga 129 mil (208 km) per jam. Badai Wilma, yang melanda Florida pada tahun 2005, adalah badai kategori 3 terakhir yang melanda Amerika Serikat.
"Ada kekhawatiran tentang efek Harvey. Kilang bisa turun karena banjir," kata Gene McGillian, Manajer Riset Pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Sekitar 10 persen pasokan dari wilayah Teluk Coast yang berkapasitas sekitar 9,75 juta barel per hari telah ditutup, menurut perkiraan Reuters.
Demikian pula, pabrik kilang di pabrik Corpus Christi, Texas - Flint Hills Resources berkapasitas 296.470 barel per hari telah menutup operasinya untuk mengatasi badai tersebut.
Ekspor minyak dan kondensat juga akan terpengaruh karena NuStar Energy dan Magellan Midstream Partners memutuskan untuk mematikan terminal Corpus Christi mereka akibat Harvey.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: