Liputan6.com, Jakarta - PT Jasa Marga menerbitkan produk sekuritisasi dengan nama KIK EBA Mandiri JSMR01-Surat Berharga Pendapatan Tol Jagorawi. Produk tersebut diterbitkan oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI). Lantas apa saja keuntungan yang didapat investor dengan membeli produk ini?
Direktur MMI Endang Astharanti mengatakan, keuntungan yang didapat dari produk KIK EBA Mandiri JSMR01 berasal dari pendapatan jalan tol Jagorawi ke depannya. Pada tahun-tahun sebelumnya, rata-rata pendapatan tol ini mencapai Rp 700 miliar per tahun.
Advertisement
Baca Juga
"Untuk KIK EBA ini yang ditransaksikan atau disekuritisasi adalah future income atau pendapatan dari tol Jagorawi dalam 5 tahun ke depan senilai Rp 2 triliun," ujar dia di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (31/8/2017).
Endang mengungkapkan, dari Rp 700 miliar pendapatan tol Jagorawi, hanya Rp 400 miliar yang disekuritisasikan. Hal ini untuk menjaga keuangan Jasa Marga tetap stabil. Sebab pendapatan Rp 400 miliar tersebut nantinya akan langsung masuk dalam KIK EBA Mandiri JSM01.
"Itu haknya langsung dimiliki KIK EBA. Hal ini bisa memitigasi atas soliditas arus kas itu. Itu akan dilakukan pelunasan secara rutin atau berkala 1 tahun sekali. Sehingga investor bisa menikmati cashflow yang rutin setiap tahun selama 5 tahun sampai dengan jatuh temponya KIK EBA ini," kata dia.
Tonton Video Menarik Berikut Ini:
Pertama di RI
Diberitakan sebelumnya, produk sekuritisasi dengan nama KIK EBA Mandiri JSMR01-Surat Berharga Pendapatan Tol Jagorawi telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Produk ini menjadi prestasi untuk pasar modal Indonesia karena produk tersebut merupakan produk pertama di Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso berharap produk tersebut dapat mengembangkan pasar modal Indonesia.
"Sebagaimana kami sampaikan, ini yang pertama kali, ini pecah telor mudah-mudahan dapat diikuti oleh KIK EBA lainnya," kata dia di Gedung BEI Jakarta.
Wimboh berharap, produk tersebut tidak hanya diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun, itu juga diikuti oleh perusahaan swasta lainnya. "Yang harapan kami bukan hanya BUMN, tapi juga perusahaan swasta," tandas dia.
Advertisement