Liputan6.com, Jakarta Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) kembali menggeliat pasca pulihnya layanan ke pelanggan usai satelit Telkom 1 (T-1) mengalami anomali pada Jumat (25/8/2017).
Dalam pantauan di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham dengan kode TLKM hingga sesi perdagangan Rabu siang (6/9/2017), naik 60 basis poin dengan bertengger di posisi Rp 4.710 per lembar saham. Sebelumnya pada pembukaan perdagangan Rabu pagi (6/9/2017), saham Telkom dibuka di Rp 4.650 per lembar.
“Kalau dari analisis kami sejak peristiwa anomali yang dialami Telkom 1, bisa dikatakan hari ini saham TLKM sudah mulai rebound. Asing udah kembali buyback,” ungkap CEO Teman Trader, startup di bidang saham, Lukman Elhakiem Syamlan dalam keterangannya di Jakarta.
Dalam analisisnya, sejak berita anomali satelit Telkom 1 beredar luas, mulai 30 Agustus 2017 hingga 5 September 2017, investor asing sudah keluar dari TLKM sebanyak Rp 402 miliar.
Baca Juga
Advertisement
“Itu mereka net sell, hari ini asing kembali masuk dengan net buy. Namun masih tipis hanya Rp 3 miliar sampai dengan jam 10.55 tadi. Tetapi kabar gembiranya harga sudah masuk kembali ke zona aman di atas Rp 4.690- Rp 4.700 per lembar,” kata dia.
Dia menambahkan, sebenarnya sebelum ada peristiwa anomali terhadap satelit Telkom 1 (23 Agustus 2017) pasar sudah merespons negatif TLKM. “Nah, kebetulan ada kejadian anomali, pada cari untung investor dengan nett sell. Sekarang sih sudah zona aman itu harga TLKM,” katanya.
Analis dari Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menyatakan secara fundamental saham Telkom sangat kuat sehingga peristiwa anomali tak menggoyang kinerjanya.
“Kejadian tersebut (anomali) dapat dimanfaatkan sebagai sentimen negatif. Kebetulan marketnya juga tidak mendukung untuk adanya kenaikan. Pasar memanfaatkan momen ini untuk melakukan aksi jual di TLKM,” katanya.
Aksi Telkom yang cepat melakukan pemulihan dan rencana ke depan dalam pengadaan satelit menjadi katalis bagi Telkom di masa mendatang. “Telkom bisa ubah sad story menjadi success story,” jelas dia.
Asal tahu saja, sejak terjadi peristiwa anomali terhadap satelit Telkom 1, operator pelat merah ini telah menyelesaikan perbaikan 100 persen site layanan broadcaster dengan total jumlah sebanyak 355 site. Realisasi pemulihan site pelanggan hingga Selasa (5/9/2017) pukul 10.00 WIB telah mencapai 10.654 site atau 71 persen dari total 15.000 site.
Sesuai dengan target yang telah dicanangkan oleh manajemen TelkomGroup bahwa proses migrasi ini harus selesai pada tanggal 10 September 2017.
Telkom dan Lockheed Martin Pantau Perbaikan Satelit Telkom 1
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) masih berupaya untuk memperbaiki satelit Telkom I yang menyebabkan sejumlah ATM tak beroperasi. Telkom dibantu Lockheed Martin masih memonitor satelit Telkom 1 pasca anomali yang dialami infrastruktur itu pekan lalu.
“Lockheed Martin sebagai manufaktur dari satelit Telkom 1 memberikan dukungan penuh bagi Telkom dalam upaya menganalisa apa yang terjadi ke Telkom 1 pasca anomali Jumat (25/8) hingga sekarang,” tegas VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo di Jakarta, Senin (4/9/2017).
Dikatakannya, satelit Telkom 1 sejauh ini masih merespons perintah dari stasiun pengendali milik Telkom di Cibinong dan memberikan sinyal telemetri. “Dukungan penuh dari Lockheed Martin menunjukkan manufaktur ini memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan Telkom,” pungkasnya.
Secara terpisah, Ketua Asosisasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI) Dani Indra Widjanarko mengungkapkan dalam beberapa bulan belakangan banyak terjadi anomali terhadap
satelit di angkasa dan beberapa di antaranya melibatkan satelit Telkom I buatan Lockheed Martin.
Beberapa anomali dalam waktu berdekatan di antaranya terjadi pada satelit AMC-9 buatan Alcatel Space (Thales) yang diluncurkan 2003. Satelit NSS 806 (d/h IS-806), buatan Lockheed Martin diluncurkan 1998. Satelit Echostar-3 buatan Lockheed Martin diluncurkan 1997, dan Intelsat 33 buatan Boeing diluncurkan Agustus 2016
Ada bermacam-macam penyebab terjadinya anomali satelit seperti solar flare dan radiasi sinar cosmic. Penyebab anomali bisa diteliti dari data-data telemetri yang rutin diterima dari satelit.
"Penyebab anomali bisa bermacam-macam, biasanya bahan bakar habis, baterai rusak, solar array (kumpulan panel, modul, dan sel solar) yang tidak bisa berputar, sistem thruster tidak bekerja, sistem guidance tidak bekerja dan lain sebagainya," pungkasnya.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: