Sukses

GMF Lepas Saham ke Publik, Begini Prospek Bisnis Bengkel Pesawat

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) berupaya kembangkan bisnis dengan cara IPO.

Liputan6.com, Jakarta - Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) berupaya mengembangkan bisnis dengan cara menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO). Perseroan menegaskan, bisnis maintenance, repair, and overhaul (MRO) merupakan bisnis yang menjanjikan sehingga saham perseroan layak dikoleksi publik.

Lantas, bagaimana prospek bisnis bengkel pesawat tersebut?

Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto menuturkan, biaya perawatan pesawat domestik tahun ini sekitar US$ 1 miliar. Angka tersebut akan terus tumbuh hingga US$ 1,6 miliar dalam lima tahun ke depan.

"Dari sisi MRO domestik saat ini maintenance value atau budget dari airlines yang ada di Indonesia berkisar US$ 1 miliar dan 5 tahun lagi akan tumbuh 11,3 persen mencapai angka US$ 1,6 miliar," kata dia di Jakarta, Senin (11/9/2017).

Dia menuturkan, besarnya biaya perawatan pesawat menjadi peluang perseroan. Terlebih, saat ini perseroan hanya menggenggam porsi 32 persen dari total pangsa pasar.

"GMF baru bisa mengambil 32 persen daripada total market di Indonesia. Sisanya lari ke foreign MRO ini peluang GMF mengambil kembali," ujar dia.

Tidak hanya di pasar domestik, peluang menjajaki pasar global juga besar. Biaya perawatan di global mencapai US$ 74,3 miliar pada 2017 dan akan menjadi 89,6 miliar dalam lima tahun ke depan.

"GMF sangat menguntungkan secara domestik dan regional pun menjanjikan," ujar dia.

Itu juga ditambah dengan pertumbuhan jumlah pesawat baru. Dia bilang, jumlah pesawat global diperkirakan tumbuh lima persen dalam lima tahun ke depan. Dia memperkirakan jumlah pesawat di Indonesia tumbuh sembilan persen dalam lima tahun ke depan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

2 dari 2 halaman

GMF Lepas 30 Persen Saham ke Publik

Perseroan menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) sebanyak 10,89 miliar saham, jumlah itu sekitar 30 persen dari modal disetor dan ditempatkan penuh. Perseroan menawarkan harga saham IPO dengan harga Rp 390-Rp 510 per lembar saham. Target dana yang diperoleh sebesar US$ 200 juta- US$250 juta.

Sementara, pada semester I tahun ini perseroan telah memperoleh pendapatan US$ 202 juta dari total target pendapatan tahun ini US$ 424 juta. Target laba bersih perseroan tahun ini US$ 58,3 juta.

Dana hasil penawaran saham perdana antara lain sekitar 60 persen digunakan untuk mendanai investasi perseroan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di line maintenance dan repair and overhaul berupa pembelian aset tetap. Kemudian sekitar 15 persen untuk pembayaran pinjaman bank, dan sisanya akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja perseroan.

Yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT Bahana Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas.

Jadwal IPO antara lain masa penawaran awal 11-20 September 2017, pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 September 2017, masa penawaran saham perdana 2-4 Oktober 2017.

Kemudian masa penjatahan pada 6 Oktober 2017, pengembalian uang pemesanan dan distribusi saham secara elektronik pada 9 Oktober 2017. Pencatatan saham di BEI pada 10 Oktober 2017.