Sukses

IHSG Dibuka Menguat, Pelaku Pasar Cermati Kebijakan Bank Sentral

Pelaku pasar tengah mencermati kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Pelaku pasar memperhatikan kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin (18/9/2017), IHSG naik tipis 2,72 poin atau 0,05 persen ke posisi 5.875,11. Pada pembukaan perdagangan saham pukul 09.00 WIB, IHSG naik tipis 6,84 poin atau 0,11 persen ke posisi 5.877,15.

Indeks saham LQ45 naik 0,11 persen ke posisi 977,87. Seluruh indeks saham acuan menghijau. Ada sebanyak 91 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 27 saham tergelincir dan 94 saham lainnya diam di tempat.

IHSG sempat berada di level tertinggi 5.881,37 dan terendah 5.874,11. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 8.288 kali dengan volume perdagangan saham 102,6 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 96,2 miliar. Investor asing melakukan aksi beli Rp 2 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran 13.229.

Secara sektoral, sebagian besar sektor menguat dan hanya ada dua sektor yang melemah yaitu industri dasar yang melemah 0,72 persen dan sektor manufaktur yang turun 0,04 persen.

Sektor saham perkebunan naik 0,70 persen dan membukukan penguatan terbesar. Disusul sektor aneka industri yang menguat 0,60 persen dan sektor infrastruktur yang terdongkrak 0,26 persen.

Saham-saham yang mencetak top gainers antara lain saham LPIN naik 21,95 persen ke posisi Rp 1.250, saham CANI menguat 15 persen ke level Rp 460 per saham, dan saham MPOW menguat 11,11 persen ke level Rp 360 per saham.

Sedangkan saham-saham yang merosot antara lain saham SMBR merosot 5,99 persen ke posisi Rp 2.990 per saham, saham AISA tergelincir 5,31 persen ke posisi Rp 985 per saham, dan saham DART merosot 3,68 persen ke posisi Rp 366 per saham.

Analis PT Recapital Sekuritas Kiswoyo Adi Joe mengatakan, pelaku pasar tengah mencermati kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed). Sebab itu, investor masih hati-hati dalam mengambil keputusan akumulasi saham.

Menurut Kiswoyo, pelaku pasar juga memperhatikan kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan. "Kita masih menunggu meeting FOMC dari The Fed, juga soal BI rate," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (18/9/2017).

Namun begitu, Kiswoyo mencermati saham-saham sektor perkebunan berpeluang menguat. Hal itu dipengaruhi oleh kenaikan harga crude palm oil (CPO).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: