Sukses

Sektor Tambang Dorong IHSG Naik 12,21 Poin

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 12,21 poin ke posisi 5.884,61 pada Senin pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi di awal pekan ini. Sempat melemah, IHSG akhirnya mampu berbalik arah ke zona hijau.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (18/9/2017), IHSG naik 12,21 poin atau 0,21 persen ke posisi 5.884,61. Indeks saham LQ45 menguat 0,34 persen ke posisi 980,05. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Ada 151 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Adapun 155 saham melemah sehingga menahan IHSG. Akan tetapi, 131 saham diam di tempat.

IHSG sempat berada di posisi tertinggi 5.884,61 dan terendah 5.851,22. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 315.478 kali dengan volume perdagangan 9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,8 triliun.

Investor asing masih melakukan aksi jual. Tercatat aksi jual investor asing Rp 164 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.246.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham industri dasar susut 0,67 persen, sektor saham infrastruktur tergelincir 0,01 persen dan sektor saham perdagangan melemah 0,40 persen.

Sektor saham tambang naik 1,34 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi mendaki 1,25 persen dan sektor saham barang konsumsi menguat 0,53 persen.

Saham-saham yang cetak top gainers, antara lain saham BVIC naik 34,43 persen ke posisi Rp 246 per saham, saham LPIN menguat 20 persen ke posisi Rp 1.230 per saham, dan saham ASRI menanjak 10,44 persen ke posisi Rp 402 per saham.

Adapun saham-saham yang tertekan, antara lain BSWD melemah 15,85 persen ke posisi Rp 1.540 per saham, saham SMBR merosot 8,2 persen ke posisi Rp 2.910 per saham, dan saham ESSA susut 8 persen ke level Rp 1.610 per saham.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan, IHSG cenderung konsolidasi mengingat pekan ini cenderung pendek. Selain itu, aliran dana investor asing juga masih keluar dari pasar saham. Akan tetapi, nilai tukar rupiah cenderung stabil menjadi sentimen positif.

"Currency kita bagus dan stabil. Selain itu dari eksternal juga cukup positif indeks saham S&P," kata William.

Ia menuturkan, pelaku pasar akan cermati pergerakan harga komoditas mengingat harga batu bara naik cukup tinggi. "Pasar khawatir di harga batu bara ada koreksi," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: