Sukses

Menunggu Aksi Bank Sentral India, Bursa Asia Bergerak Campuran

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,23 persen ke 20.662,48, sementara indeks Topix juga menguat 0,1 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak campuran pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Di Amerika Serikat (AS), Wall Street membukukan rekor.

Mengutip CNBC, Rabu (4/10/2017), Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,23 persen ke 20.662,48. Adapun indeks Topix menguat 0,1 persen. Saham Fast Retailing naik 1,73 persen setelah laporan penjuaan toko Uniqlo naik 6,3 persen di September.

Sementara, saham Japan Display naik 14,48 persen menyusul laporan yang dikeluarkan Nikkei yang menyatakan bahwa perusahaan akan memulai penjualan massal panel OLED untuk telepon pintar pada 2019.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 tergelincir 0,6 persen ke 5.667,40 pada pembukaan perdagangan. Sektor energi menjadi salah satu penekan dengan turun 0,78 persen.

Saham-saham sektor perbankan juga mengalami tekanan. Saham ANZ jatuh 1,51 persen dan saham Westpac turun 1,15 persen.

"Pasar saham Australia menghdapi ujian pada hari ini," jelas analis CMC Markets, McCarthy. Pasar saham Australia memang mengalami tekanan sejak September lalu.

Adapun di Tiongkok, bursa saham tutup karena libur nasional.

Sementara itu, Bank Sentral India akan mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini. Banyak analis memperkirakan Bank Sentral India akan mempertakankan suku bunga di tingkat 6 persen.

Di AS, Wall Street kembali mencetak rekor penutupan tertinggi untuk hari kedua pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kenaikan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut dibantu oleh penguatan saham-saham di sektor penerbangan dan otomotif karena penjualan kendaraan pada September melambung.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 84,07 poin atau 0,37 persen menjadi 22.641,67. S&P 500 naik 5,46 poin atau 0,22 persen menjadi 2.534,58. Adapun, Nasdaq Composite menambahkan 15 poin atau 0,23 persen ke 6.531,71.

Para produsen mobil membukukan penjualan kendaraan baru yang tinggi pada September karena konsumen di beberapa negara bagian yang dilanda badai berusaha untuk mengganti mobil mereka yang rusak karena banjir.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: