Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham bank masuk indeks saham LQ45 atau indeks saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) mampu mencatatkan kinerja positif sepanjang 2017. Hasil kinerja saham bank masuk indeks LQ45 itu sendiri bahkan mampu mengalahkan indeks LQ45.
Indeks saham LQ45 atau indeks saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan pertumbuhan 11,45 persen secara year to date (ytd) ke level 985,68 pada perdagangan saham Senin 9 Oktober 2017.
Kenaikan indeks saham LQ45 itu terdorong salah satunya di sektor keuangan yaitu saham-saham bank. Saham-saham bank mampu cetak keuntungan besar sepanjang 2017 antara lain saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) naik 71,84 persen ke posisi Rp 2.990 per saham hingga 9 Oktober 2017. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 31,69 persen menjadi Rp 7.375 per saham.
Advertisement
Baca Juga
Kemudian saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melonjak 31,69 persen ke posisi Rp 15.375 per dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mendaki 31,29 persen menjadi Rp 20.350 per saham. Demikian mengutip dari data RTI.
Kenaikan saham bank tersebut juga mendorong kenaikan sektor keuangan sepanjang 2017. Tercatat indeks sektor keuangan di BEI naik 24,82 persen menjadi 1.013.
Analis menilai kenaikan saham-saham bank masuk indeks LQ45 didorong penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan kualitas kredit membaik,
Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, saham-saham yang masuk sektor keuangan di indeks saham LQ45 cenderung menguat didorong sentimen suku bunga acuan yang turun menjadi 4,25 persen. Suku bunga acuan rendah, menurut Reza menimbulkan persepsi kinerja bank akan meningkat seiring beban bunga bank akan susut.
"Suku bunga bank dibayarkan ke nasabah akan berkurang karena imbal hasil bunga tinggi beban bunga meningkat," kata Reza saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (11/10/2017).
Selain itu, penyaluran kredit akan semakin meningkat."Tingkat suku bunga turun, orang ajukan kredit lebih banyak itu membuat pelaku pasar apresiasi positif kinerja emiten bank," kata dia.
Sementara itu, Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana mengatakan, kinerja fundamental bank lebih baik pada 2017 ketimbang 2016. Ini mengingat biaya pencadangan besar dan rasio kredit macet bank naik pada 2016 mempengaruhi kinerja bank.
"2017 lebih bagus kinerja (bank) sehingga harga sahamnya naik. Risiko kredit turun, modal baik, ini dilihat dari kinerja Bank Permata dan Bank Mandiri," kata Aditya.
Aditya menuturkan, emiten bank lebih selektif menyalurkan kredit pada 2017. Selain itu menurut Aditya juga mengejar tunggakan besar sehingga membantu kinerja bank. Meski demikian, pertumbuhan kredit bank masih lambat.
Bahkan BI merevisi proyeksi pertumbuhan kredit bank pada 2017 dari proyeksi sebelumnya 10-12 persen menjadi 8-10 persen.
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit bank mencapai 8,4 persen pada Agustus 2017. Suku bunga kredit dan suku bunga simpanan berjangka alami penurunan sebagai respons dari penurunan suku bunga kebijakan.
"Loan growth turun tetapi kualitas membaik sehingga net income membaik dan non performing loan atau rasio kredit macet (NPL) turun," ujar Aditya.
Aditya menambahkan, bank juga cermat melakukan efisiensi pembiayaan sehingga berimbas ke kinerja keuangan pada 2017.
Untuk pilihan saham bank yang berpeluang naik hingga akhir 2017, Aditya memilih saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
"BCA memiliki simpanan berbiaya murah atau current account saving account (CASA) masih cukup bagus. Sedangkan BTN pergerakan sahamnya seperti mengejar ketertinggalan pada 2016," ujar Aditya.
Sedangkan Reza menilai saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih menarik hingga akhir 2017. "Pertumbuhan kredit BNI dan BRI masih ada peluang bertahan di tengah industri bank. BRI dengan segmen UKM-nya dan BNI dengan segmen korporasi serta UKM. Valuasi BNI juga masih rendah," jelas Reza.
Untuk target harga saham hingga akhir 2017, Reza memperkirakan harga saham BBRI ke posisi Rp 16.200, dan BBNI di kisaran Rp 7.850.
Sedangkan potensi sektor menarik hingga tahun depan, Aditya memprediksi sektor keuangan dan konstruksi masih menarik. Hal itu mengingat satu tahun menjelang pemilihan umum sehingga ada kenaikan sektor saham konstruksi. Sedangkan sektor keuangan masih tergantung dari kinerja bank.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: