Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia sebagian besar turun menyusul pelemahan Wall Street. Sementara dolar merosot menyusul berita penyidik yang menyelidiki campur tangan Rusia pada pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS), menuduh keterlibatan mantan Manajer Kampanye Presiden Donald Trump.
Melansir laman Reuters, Selasa (31/10/2017), indeks MSCI terbesar di Asia Pasifik berada di luar Jepang naik 0,1 persen. Indeks Nikkei Jepang kehilangan 0,7 persen dan KOSPI Korea Selatan turun 0,1 persen menjadi 0,11 persen.
Advertisement
Baca Juga
Mantan Manajer Kampanye Trump Paul Manafort dan pembantu lainnya Rick Gates, dikenai sangkaan pencucian uang oleh penyidik federal, pada Senin.
Wal Street tertekan pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penekan utama Wall street adalah penurunan saham Merck. Saat ini pelaku pasar sedang menunggu pembahasan reformasi perpajakan.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 85,45 poin atau 0,36 persen menjadi 23.348,74. S&P 500 kehilangan 8,24 poin atau 0,32 persen menjadi 2.572,83. Sedangkan Nasdaq Composite turun 2,30 poin atau 0,03 persen menjadi 6.698,96.
Saham Merck turun 6,1 persen sehingga mendorong indeks acuan utama Wall Street tertekan. Pendorong utama pelemahan saham di sektor kesehatan ini karena belum adanya kemajuan langkah pembuatan obat kanker.
"Laporan opsi pemotongan pajak perusahaan secara bertahap terjadi saat ekuitas tengah tinggi sehingga menjadi katalis bagi pasar untuk menyesuaikan," kata Masahiro Ichikawa, Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo.
Dia menambahkan, masih muncul harapan jika AS tetap melaksanakan pemotongan pajak perusahaan. Tapi meski potongannya diimplementasikan secara bertahap, tetap saja pengurangan ini tidak akan menjadi berita buruk dalam jangka panjang.
Pasar juga menunggu survei aktivitas pabrik pada Oktober dari China, siang ini. Data tersebut akan memberi investor global pandangan pertama mereka mengenai kondisi bisnis di China pada awal kuartal keempat.
Sementara Dolar mendekati level terendah dalam 10 hari ke posisi 113,02 terhadap yen. Greenback melemah sekitar 0,4 persen terhadap Yen terpicu kehati-hatian investor menyusul berita tuduhan terhadap manajer kampanye mantan Presiden Trump.
Mata uang AS juga terbebani imbal hasil obligasi yang tergelincir, seiring laporan berita kemungkinan Presiden Trump akan menunjuk Gubernur Federal Reserve Jerome Powell, sebagai kepala Federal Reserve berikutnya.
Harga minyak mentah berhasil bertahan di bawah posisi puncaknya baru-baru ini, terdorong ekspektasi penurunan produksi OPEC akan berlanjut usai Maret.
Harga minyak mentah Brent turun 0,2 persen ke posisi US$ 60,80 per barel setelah naik ke US$ 61 semalam, tertinggi sejak Juli 2015.
Sementara minyak mentah AS mencapai 0,2 persen menjadi US$ 54,04 per barel setelah menyentuh US$ 54,46, tertinggi sejak akhir Februari.