Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham global mencatat penguatan tertinggi seiring laporan kinerja keuangan yang positif. Investor mengalihkan fokus dari keputusan hasil pertemuan the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
Penguatan bursa saham global juga didukung dari harga minyak. Harga minyak berjangka mendekati level tertinggi baru pada Rabu pekan ini. Hal itu seiring data yang menunjukkan OPEC atau negara pengekspor minyak memperbaiki kepatuhannya untuk berkomitmen memangkas pasokan. Selain itu, Rusia juga memberi sinyal tetap menjaga kesepakatan itu.
Harga minyak Brent berjangka berada di posisi US$ 61,31 per barel. Harga minyak naik 38 sen atau 0,6 persen, dan mendekati level tertinggi US$ 61,41 dalam dua tahun dari perdagangan intraday. Harga minyak Brent naik hampir 40 persen sejak posisi terendah pada Juni 2017. Sementara itu, harga minyak Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi US$ 54,95 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Indeks Stoxx 600 menguat ke level tertinggi sejak Agustus 2015. Indeks saham FTSE di London menguat mendorong indeks Stoxx 600. Sementara itu, indeks saham Jerman naik 0,5 persen-1,2 persen.
Penguatan juga terjadi di bursa Asia. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,9 persen. Penguatan itu didorong indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 1,3 persen dan indeks saham Jepang Nikkei melonjak 1,9 persen. Indeks saham MSCI Global menguat 0,3 persen ke level tertinggi.
"Sementara pendapatan bagus, inflasi dan imbal hasil obligasi relatif rendah, mengapa keluar dari saham," ujar Michael Hewson, Chief Market Analyst CMC Markets, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (1/11/2017).
Di pasar uang, indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama berada di posisi 94,60 atau turun dari posisi 95,15. Euro sedikit berubah ke posisi US$ 1,16.
The Federal Reserve melakukan pertemuan pada pekan ini. Diperkirakan, bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut mempertahankan suku bunga, dan menaikkan suku bunga pada Desember.
Keputusan suku bunga diharapkan sebelum pengumuman pimpinan bank sentral AS berikutnya. Gedung Putih menyatakan Presiden AS Donald Trump akan mengumumkan pimpinan the Federal Reserve pada Kamis ini.
Trump diperkirakan memilih Jerome Powell yang dianggap lebih dovish terhadap suku bunga atau cenderung lebih lambat untuk menaikkan suku bunga. Harapan Powell akan memimpin the Federal Reserve telah membantu menurunkan imbal hasil surat berharga dan dolar AS pada pekan ini.
Investor juga fokus pada rencana pemotongan pajak AS. "Jika negosiasi alot, itu akan berdampak negatif ke pasar, jadi pelaku pasar perlu hati-hati," kata Masahiro Ichikawa, Seniro Strategist Sumitomo Mitsui Asset Management.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â