Sukses

IHSG akan Dibayangi Aksi Ambil Untung

Investor mulai melihat pergerakan IHSG yang sudah cukup tinggi dan aksi profit taking di akhir pekan menghantui.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal tertekan jelang tutup pekan ini. Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi memperkirakan IHSG di support 6.000 dan resistance 6.057.

Laju IHSG bakal tertekan seperti perdagangan sehari sebelumnya. Kemarin, IHSG turun 6,92 poin ke level 6.042,46. IHSG tertekan oleh saham-saham industri dasar. Sementara, infrastruktur berbalik arah menguat.

"Investor mulai melihat pergerakan IHSG yang sudah cukup tinggi dan aksi profit taking di akhir pekan menghantui," kata dia.

Investor asing melakukan jual bersih saham. Tercatat, investor asing jual bersih Rp 180,99 miliar.

Sementara, bursa di Asia ditutup variatif. Indeks saham Nikkei dan Topix mengalami pelemahan. Sementara, indeks saham Shanghai dan Hangseng ditutup menguat.

Menurut Lanjar, laju bursa di Asia dipengaruhi oleh kunjungan yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Sentimen Trump yang sedang tur di Asia membawa dampak cukup signifikan pada optimisme investor," tukas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Penutupan perdagangan

Pada penutupan perdagangan saham Kamis kemarin, IHSG turun 6,92 poin atau 0,11 persen ke posisi 6.042,46. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,37 persen ke posisi 1.004,69. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Ada 169 saham melemah sehingga menekan IHSG, sedangkan 155 saham menguat dan 126 saham lainnya diam di tempat. Pada perdagangan Rabu, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.071,54 dan terendah 6.039,86. Transaksi perdagangan saham cukup ramai.

Total frekuensi perdagangan saham 319.491 kali dengan volume perdagangan 8,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,3 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 290 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.511.

Secara sektoral, sebagian besar sektor melemah. Hanya ada tiga sektor saham yang menguat, yaitu perkebunan, infrasturktur dan keuangan.

Sektor saham industri dasar turun 1,29 persen, dan mencatat penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur susut 0,75 persen. Untuk sektor saham barang konsumsi melemah 0,67 persen.