Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak variatif pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan bergerak pada support 6.025 dan resistance 6.085.
Laju IHSG akan variatif setelah sehari sebelumnya menembus rekor. Kemarin, IHSG naik 37,92 poin ke level 6.069,78.
"Dengan sektor aneka industri dan pertambangan memimpin penguatan. Saham ASII dan BUMI menguat cukup optimis," kata dia, di Jakarta, Kamis (23/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Penguatan IHSG tak lepas dari derasnya aksi beli investor asing. Aksi beli bersih investor asing tembus Rp 1,14 triliun.
"Investor asing tercatat net buy Rp 1,14 triliun dengan saham BBRI dan BBNI menjadi yang terbanyak," ungkap dia.
Penguatan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa di Asia yang menguat. Penguatan Bursa Asia ditopang oleh kenaikan harga minyak.
"Harga minyak menuju penutupan tertinggi dalam lebih dari dua tahun karena stock AS turun menjelang keputusan OPEC untuk memperpanjang pemotongan output," ujar dia.
Lanjar merekomendasikan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Adaro Energy Tbk (ADRO) untuk dicermati pelaku pasar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Â
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru
Sebelumnya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau selama perdagangan saham Rabu pekan ini. Aksi beli investor asing mendorong penguatan IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu 22 November 2017, IHSG naik 37,92 poin atau 0,63 persen ke posisi 6.069,78. Indeks saham LQ45 naik 0,75 persen ke posisi 1.016,23. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau. Sebelumnya, IHSG mencetak rekor tertinggi di 6.060 pada 7 November 2017.
Ada sebanyak 189 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau, sedangkan 152 saham melemah dan 132 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 6.071,34 dan terendah 6.038,73.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 325.429 kali dengan volume perdagangan saham 10,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,5 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 1,1 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.512.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham pertanian turun 0,05 persen dan sektor saham barang konsumsi susut 0,78 persen. Sektor saham aneka industri naik 3,27 persen, dan mencatat penguatan terbesar. Disusul sektor saham tambang naik 1,6 persen dan sektor saham keuangan menanjak 1,13 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham FINN naik 20,14 persen ke posisi Rp 173, saham SMDR melonjak 10,55 persen ke posisi Rp 440 per saham, dan saham ENRG melonjak 9,47 persen ke posisi Rp 104 per saham.
Adapun saham-saham yang tertekan antara lain saham SIMA turun 5,52 persen ke posisi Rp 342 per saham, saham BTEK merosot 4,72 persen ke posisi Rp 121 per saham, dan saham AISA tergelincir 4,43 persen ke posisi Rp 755 per saham.
Saham-saham yang banyak dibeli investor asing, antara lain saham BBRI senilai Rp 563 miliar, saham BBNI sebesar Rp 343,61 miliar, dan saham BMRI senilai Rp 73,37 miliar. Selain itu, saham UNTR sebesar Rp 54,38 miliar, saham BBCA sebesar Rp 35,37 miliar.
Bursa Asia pun kompak menghijau. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,62 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,39 persen, indeks saham Jepang Nikkei menanjak 0,48 persen, indeks saham Shanghai naik 0,59 persen. Selain itu, indeks saham Singapura menguat 0,19 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,40 persen.
Advertisement