Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat menjelang akhir pekan ini. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan harga komoditas akan pengaruhi IHSG.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan, peluang kenaikan kembali nampak terlihat dalam pergerakan IHSG. Ini juga ditunjukkan dari level support IHSG yang terlihat dapat dipertahankan dengan baik. William perkirakan, IHSG bergerak di kisaran 5.963-6.099 menjelang akhir pekan ini.
"Fluktuasi harga komoditas masih akan memberikan warna dalam pergerakan IHSG ditambah dengan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," ujar William dalam ulasannya, Jumat (8/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG cenderung menguji level support moving average 50 harian dengan potensi pergerakan bervariasi. IHSG akan bergerak di kisaran 5.985-6.030.
"Secara teknikal, pergerakan IHSG kembali konsolidasi seakan menarik pada level moving average 20 harian sehingga pergerakan jangka pendek di level moving average 50 harian dan 20 harian," jelas dia.
Pada perdagangan Kamis kemarin, IHSG susut 28,67 poin atau 0,48 persen ke posisi 6.006,84. Sektor saham pertanian, pertambangan dan keuangan memimpin pelemahan. Data indeks keyakinan konsumen rilis melambat di bawah harapan 122,1 dari 120,7 pada periode sebelumnya dengan harapan lebih tinggi di level 123. Investor asing melakukan aksi jual Rp 890,18 miliar.
Untuk pilihan saham, Lanjar memilih saham PT AKR Corpindo Tbk (AKRA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk dicermati pelaku pasar.
Sedangkan William memilih saham AKRA, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aksi Jual Bikin IHSG Tertekan
Sebelumnya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu melanjutkan penguatan sepanjang perdagangan Kamis ini. IHSG harus berakhir di zona merah karena situasi regional yang tak menentu.
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis 7 Desember 2017, IHSG turun 28,67 poin atau 0,48 persen ke posisi 6.006,83. Indeks saham LQ45 turun 0,49 persen ke posisi 1.013,16. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan kecuali indeks saham JII dan Pefindo 25 yang mampu bertahan di zona hijau.
Ada sebanyak 139 saham menghijau tetapi tak mampu mengangkat IHSG. Sedangkan 186 saham melemah sehingga menekan IHSG ke zona merah. Di luar itu, 132 saham lainnya diam di tempat.
IHSG sempat berada di level tertinggi 6.039,29 dan terendah 6.006,83. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 318.120 kali dengan volume perdagangan 10,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,2 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 893 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.545.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham memerah. Sektor saham perkebunan turun 1,44 persen, dan memimpin pelemahan sektor saham. Disusul sektor saham pertambangan tertekan 1,26 persen dan sektor saham keuangan melemah 1,16 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DGIK naik 24 persen ke posisi Rp 62 per saham, saham KAEF menguat 20,70 persen ke posisi Rp 2.740 per saham, dan saham NIKL mendaki 16,18 persen ke posisi Rp 2.920 per saham.
Saham-saham yang tertekan antara lain saham PSDN turun 20,11 persen ke posisi Rp 278 per saham, saham RELI tergelincir 19,81 persen ke posisi Rp 340 per saham, dan saham ATIC susut 15,26 persen ke posisi Rp 805 per saham.
Advertisement