Sukses

Bursa Asia Bervariasi pada Awal Sesi Perdagangan

Bursa Asia bervariasi pada awal perdagangan didorong sentimen penantian terhadap hasil rapat bank sentral AS.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia bervariasi pada awal pekan ini seiring pelaku pasar menanti pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS).

Pada awal perdagangan di bursa saham Asia, indeks saham MSCI Asia Pasifik kurang dari 0,1 persen. Indeks saham di bursa Jepang pun berfluktuasi. Indeks saham Jepang Topix dan Nikkei sedikit berubah. Indeks saham Australia dan Korea Selatan Kospi juga berfluktuasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,3 persen. Sedangkan indeks saham Shanghai sedikit berubah.

Kondisi ekonomi di Amerika Serikat (AS) menjadi perhatian pelaku pasar. Lantaran rilis data ekonomi menjadi pertimbangan bank sentral AS menaikkan suku bunga. Bank sentral AS akan gelar pertemuan selama dua hari pada pekan ini. Demikian mengutip laman Bloomberg, Senin (11/12/2017).

Adapun data ekonomi AS menunjukkan ada kenaikan dilihat dari data pekerjaan AS bertambah pada November 2017. Selain itu, tingkat pengangguran sentuh level terendah dalam 17 tahun. Sentimen itu juga berimbas ke wall street pada pekan lalu.

Pelaku pasar juga optimistis terhadap ekonomi AS usai pemerintah AS batal beroperasi. Ditambah negosiasi reformasi pajak juga ada kemajuan. Di China, inflasi cenderung tertekan. Pemerintah berusaha memperketat aturan keuangan terkait utang.

Sentimen lainnya di pasar keuangan, bitcoin mulai masuk bursa berjangka di Amerika Serikat yaitu CBOE Global Market. Saat awal perdagangan, bitcoin untuk kontrak Januari berada di kisaran US$ 15.800. Nilai bitcoin naik 1.500 persen sepanjang 2017.

Di pasar uang, yen turun 0,2 persen ke posisi 113,64 per dolar Amerika Serikat. Euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,17. Pound sterling berada di posisi US$ 1.3396.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,3 persen berada di posisi US$ 57,19 per barel. Harga emas melemah 0,1 persen ke posisi US$ 1.247,67 per ounce.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Wall Street Menguat pada Akhir Pekan Lalu

Sebelumnya bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat menjelang akhir pekan didorong baiknya data tenaga kerja AS data gaji pada November 2017. Rilis data tenaga kerja yang baik akan dorong kenaikan suku bunga bank sentral AS pada pertemuan pekan depan dan mendorong kepercayaan prospek ekonomi pada 2018.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 117,68 poin atau 0,49 persen ke posisi 24.329,16. Indeks saham S&P 500 melonjak 14,52 poin atau 0,55 persen ke posisi 2.651,5. Indeks saham Nasdaq bertambah 27,24 poin atau 0,4 persen ke posisi 6.840,08.

Selama sepekan, indeks saham Dow Jones menguat 0,4 persen. Indeks saham S&P 500 mendaki 0,35 persen, dan indeks saham Nasdq tergelincir 0,11 persen.

Data penghasilan dari sektor non pertanian pengaruhi wall street menjelang akhir pekan ini. Data penghasilan sektor non pertanian bertambah 228 ribu pada November 2017. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan 200 ribu. Kenaikan jumlah tenaga kerja tersebut menunjukkan rekrutmen pekerja cukup banyak usai kekhawatiran dampak badai yang terjadi di AS.

Selain itu, rata-rata pendapatan per jam naik 0,2 persen pada November usai turun 0,1 persen. Namun angka itu masih di bawah perkiraan 0,3 persen. "Sangat sulit menemukan kesalahannya. Jika mencari kesalahannya kemungkinan pertumbuhan upah tidak secepat yang dibayangkan dalam jangka pendek. Namun semuanya bagus," ujar JJ Kinahan, Chief Market Strategis TD Ameritrade, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu 9 Desember 2017.

Rilis data ekonomi juga menjadi pertimbangan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga. Oleh karena itu, data tenaga kerja diharapkan dapat dorong bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan pekan depan. Peluang kenaikan suku bunga sekitar 25 basis poin mencapai 96,2 persen.

"Fokusnya ke depan apa yang akan dilakukan the Federal Reserve pekan depan. Bagaimana komposisi jajaran petinggi the Federal Reserve," ujar Rob Stein, CEO Astor Investment Management.

Selain itu, Presiden AS Donald Trump akan menandatangani anggaran pemerintah dalam dua minggu ke depan, untuk hindari pemberhentian operasional pemerintahan. Sedangkan kongres negosiasi kesepakatan anggaran jangka panjang. Sentimen tersebut juga dapat pengaruhi wall street untuk sementara.